REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Usai mendapatkan pembinaan dan keterampilan, sebanyak 51 wanita tuna susila (WTS) yang berasal dari beberapa lokalisasi telah dipulangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim, Bawon Adhiyitoni di Surabaya, Rabu (30/5), mengatakan pada 25 Mei 2012, pihaknya melakukan rapat koordinasi dengan kabupaten/kota terkait pemulangan sejumlah WTS itu.
"Selain pemulangan, kami juga membahas tentang pengawasan setelah dipulangkan. Kami tidak ingin mereka pulang sebentar, tapi akhirnya kembali lagi," ujarnya.
Ke-51 WTS yang dipulangkan itu di antaranya berasal dari lokalisasi Tambakasri sebanyak 34 orang, Dolly serta Jarak sebanyak 17 orang. Jika dilihat dari usianya beragam, antara 20-69 tahun.
Setiap WTS yang dientas berhak mendapat bantuan modal untuk stimulasi sebesar Rp 3 juta per orang. Uang tersebut digunakan mengembangkan usaha di daerah asal.
"Kami berharap dengan bantuan itu mereka dapat membuka usaha yang baik tanpa menjajakan diri. Kalau tidak sekarang, kapan lagi ia memulai usaha yang baik," tuturnya.
Bawon menjelaskan, WTS yang dipulangkan itu tidak hanya berasal dari Jatim tapi juga luar Jatim seperti dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Yang dari luar Jatim antara lain Kabupaten Kudus, Batang, Ciamis, dan Bandung.
Mereka yang berasal dari Jatim antara lain dari Kabupaten Madiun, Malang, Gresik, Blitar, Mojokerto, Pasuruan, Magetan, Jember, Bojonegoro, Sidoarjo, Nganjuk, Tuban, Trenggalek, Jombang dan Kota Surabaya.
Dengan dipulangkannya 51 WTS ini, berarti jumlah WTS di Jatim semakin berkurang. Jika sebelumnya jumlah WTS mencapai 7.127 orang, maka kini tinggal 6.507 orang, sedangkan jumlah lokalisasi kini tinggal 44 tempat dari semula 47 lokalisasi.
"Sejak 2011, kami berhasil memulangkan 345 WTS, kemudian ditambah 51 WTS. Total semua sebanyak 396 WTS. Jika sebelumnya total WTS di Jatim 7.127 orang, maka setelah dikurangi 396 WTS totalnya jadi 6.507 orang," kata Bawon.
Pihaknya berharap kerja sama kabupaten/kota, para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para tenaga kerja sosial kecamatan yang sudah tersebar ikut mengawasi WTS yang dipulangkan, sebab ada kabar jika WTS yang dipulangkan pindah ke tempat lain.