REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Robohnya dua bangunan di lokasi proyek pembangunan pusat olah raga di Bukit Hambalang, Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat masih berselimut misteri. Wartawan yang berupaya meliput kondisi terkini di lokasi tidak diperbolehkan masuk ke dalam area pembangunan.
Perwakilan dari Kerja Sama Operasi (KSO) PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya membenarkan adanya dua bangunan di dalam lokasi rusak akibat tanah yang amblas. Namun, ia membantah amblasnya tanah itu terjadi pada pekan lalu seperti yang ramai dikabarkan media. "Kejadiannya sudah lama," kata pria yang enggan menyebutkan namanya itu di lokasi, Senin (28/5).
Ia menjelaskan, amblasnya tanah terjadi sejak Desember tahun lalu akibat curah hujan yang tinggi. Amblasan tanah mengakibatkan dua bangunan di zona tiga pada lahan seluas 32 hektare itu. Kedua bangunan itu adalah rumah genset dan lapangan bulutangkis indoor. Jarak antara keduanya berdekatan, sekitar lima hingga enam meter.
Ia juga menampik kedua bangunan tersebut roboh. Menurut dia, beberapa pekan setelah tanah tersebut amblas, rumah genset memang sengaja dirobohkan. Sementara lapangan bulutangkis dihentikan pembangunannya. "Bukannya roboh, tapi memang sengaja dirobohkan karena sudah tidak bisa dipakai lagi," tuturnya.
Total luas tanah yang amblas, lanjut dia, sekitar 1.000 hingga 1.500 meter persegi. Untuk itu, proses pembangunan untuk sementara dihentikan untuk menunggu penyelidikan dari tim ahli.
Ia memperkirakan penyelesaian proyek bakal mundur hingga tahun depan. "Saat ini pengerjaannya baru sekitar 49 persen dari 30 bangunan yang rencananya akan dibangun," ungkapnya.
Di sisi lain, sejumlah warga sekitar lokasi proyek mengaku mendengar suara gemuruh yang diduga berasal dari bangunan roboh. Gemuruh tersebut terdengar pada saat hujan deras di sekitar lokasi pada Jumat (25/5) dinihari lalu.
"Kejadiannya tengah malam. Hujan deras sekali, tiba-tiba ada suara gemuruh dari dalam lokasi proyek. Orang-orang bilang ada gedung yang roboh, tapi saya tidak tahu gedung apa yang roboh," kata Asih (35 tahun) yang rumahnya berbatasan langsung dengan lokasi proyek.
Pantauan Republika, pengamanan di sekitar lokasi proyek sangat ketat. Wartawan yang hendak meliput dilarang masuk ke dalam area proyek. Republika dan sejumlah fotografer pun sempat diteriaki petugas saat hendak mengambil foto dari luar pagar batas. Wartawan yang berusaha mengambil gambar diusir oleh seorang petugas sambil mengacungkan pentungan.