REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Rencana pemerintah menyatukan wilayah waktu Indonesia dari tiga zona waktu menjadi satu yang setara dengan GMT+8 atau delapan jam lebih cepat dari standar waktu internasional di Greenwich, dianggap memiliki banyak hal positif. Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, sudah banyak dukungan untuk penyaturan zona waktu tersebut.
“Positifnya jauh lebih banyak daripada sisi negatifnya,” katanya saat ditemui di istana kepresidenan, Senin (28/5). Ia mencontohkan, dengan penyatuan zona ke WITA, masyarakat Indonesia bisa berkomunikasi dengan masyarakat di Indonesia Timur dengan lebih efektif dan efisien.
“Selama ini kan hanya praktis 5 jam. Mereka sudah bekerja pukul 08.00 kita baru pukul 06.00, ketika kita mulai bekerja mereka sudah habis jam kerjanya,” katanya.
Menurutnya, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, ada perbedaan jam kerja dengan Indonesia. Pada akhirnya, hal tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Saat ini menurutnya, dibanding negara-negara ASEAN lain, jam kerja di Indonesia khususnya wilayah bagian barat lebih lambat.
Ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan. Padahal, dengan penerapan zona waktu itu, lanjut Hatta, semua kegiatan perekonomian bisa lebih efektif. "Semua lebih efektif jika kita menerapkan penyatuan zona waktu. Tapi kita bahas secara detil, nanti kita laporkan dalam rapat kabinet dan diputuskan," katanya.