REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harijono mengungkapkan bahwa cuaca di lokasi saat pesawat Sukhoi Super Jet 100 melakukan joy flight cerah.
"Tidak ada cuaca signifikan yang dapat menggangu penerbangan di lokasi kejadian," kata Sri Woro pada rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI di Jakarta, Senin (28/5).
Pesawat SSJ 100 jatuh di Gunung Salak, Bogor pada hari Rabu (9/5) saat melakukan penerbangan demo untuk promosi (joy flight) di dari Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
"Kami mengambil data dari dua lokasi yang berada di dekat lokasi kecelakaan, yaitu Stasiun Klimatologi Darmaga berjarak 18 kilometer dari lokasi dan Stasiun Atang Sanjaya yang berjarak 19 kilometer dari lokasi," tambah Sri Woro.
Dari Stasiun Darmaga pada pukul 14.00 ditemukan awan comulus nimbus dan dari Stasiun Atang Sanjaya pada pukul 15.00 ditemukan awan strato cumulus.
"Jadi, di sekitar lokasi memang ada awan tinggi dan awan menengah, tetapi di lokasi kejadian hanya ada awan putih tipis yang tidak dapat mengganggu penerbangan," jelas Sri.
Pada pemaparannya dalam rapat tersebut, Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan mengungkapkan bahwa demo flight SSJ direncanakan pada dua hari, yaitu Rabu dan Kamis, 9-10 Mei 2012.
Demo flight pertama berlangsung sesuai dengan rencana pada pukul 11.15 WIB dan demo flight kedua dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB dengan rute Bandara Halim Perdanakusuma-Pelabuhan Ratu-Halim Perdanaksuma. Pada pukul 14.10 WIB, pesawat meminta izin untuk "start engine" dan pada pukul 14.21 WIB melakukan "take off".
Pada pukul 14.24 WIB pesawat yang dipiloti oleh Aleksandr Yablontsev itu melakukan kontak pertama dengan air traffic center (ATC) Bandara Soekarno Hatta pada radial 200 Halim Perdanakusuma.
Selanjutnya, pada pukul 14.26 WIB pesawat minta izin turun 6.000 kaki dari ketinggian 10.000 kaki dan pada pukul 14.28 WIB pesawat minta memutar 360 derajat (orbit right) di atas training area Atang Sanjaya.
Mulai pukul 14.52 WIB ATC, Bandara Soekarno Hatta memanggil pesawat karena tidak terlihat dari monitor radar dan pukul 14.55 WIB ATC melaporkan kejadian hilang target pada air traffic service (ATS) Coordinator Atang Sanjaya.
Pukul 15.35 WIB pesawat ditetapkan dalam kondisi uncertainty phase, yaitu keadaan tidak pasti dan pukul 16.05 WIB ATC menghubungi badan SAR.
Pada pukul 16.55 WIB, pesawat ditetapkan kondisi alertting phase, dan pukul 18.22 kondisi distress phase mengingat bahan bakar pesawat diperkirakan sudah habis.