Senin 28 May 2012 10:50 WIB

Potret Perbatasan: Ringgit Berlaku, Rupiah Ditolak

Rep: Asep Nurzaman/ Red: Hazliansyah
Pagar perbatasan, ilustrasi
Foto: Wordpress
Pagar perbatasan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KRAYAN -- Mata uang ringgit Malaysia (RM) berjaya dalam transaksi perdagangan di perbatasan Indonesia-Malaysia. Sedangkan mata uang rupiah tidak berlaku karena warga Malaysia enggan menggunakannya.

Hal itu terjadi di dua sisi tapal batas Indonesia-Malaysia, yaitu Desa Long Midang, Kecamatan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, dan warga Desa Bakalalan, Bandar Lawas, Negara Bagian Serawak (Malaysia).

"Mereka datang ke sini bawa ringgit dan kami ke sana harus bawa ringgit pula. Ini karena posisi kami yang lebih banyak membutuhkan barang-barang mereka," kata Camat Krayan Induk, Samuel St Padan, kepada Republika di Bandara Yuvai Semaring, Desa Long Bawan, Senin (28/5).

WNI di sana banyak berbelanja sembako, bahan bangunan, hingga bahan bakar minyak ke warga Malaysia. WNI juga juga menjual beras kualitas unggulan, kerbau, garam, dan kerajinan rakyat ke sana.

"Kadang warga Malaysia datang ke wilayah Indonesia untuk jemput bola beli kerbau," kata Samuel.

Dari Bandara Yuvei Semarik jarak ke perbatasan tersebut sekitar 10 km. Namun waktu tempuh bisa mencapai 1 jam dengan sepeda motor atau dua jam dengan mobil.

"Jalan ke sana belum di aspal dan kondisinya banyak lubang," ungkap Bripka Pangeran L, anggota Polres Nunukan.

Kondisi itu berbeda dengan jalanan di Desa Bakalalan (Malaysia). "Jalan di sana sudah disemenisasi, sehingga bisa dilalui kendaraan dengan mulus," kata Pangeran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement