Jumat 25 May 2012 18:36 WIB

60 Persen Air Bersih di Jakarta Barat tak Layak Minum

Rep: Ira Sasmita/ Red: Dewi Mardiani
Air minum
Foto: .
Air minum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Kepala Kantor Ligkungan Hidup Jakarta Barat, Supardiyo, mengatakan 60 persen air bersih di Jakarta Barat tidak layak minum. Air tersebut tidak memenuhi standar air layak untuk dikonsumsi sebagai air minum dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907 tahun 2002. 

Menurut Supardiyo, merujuk pada aturan tersebut, parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum, yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang dikonsumsi menyimpang dari hal itu, maka sangat mungkin air telah tercemar.

Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Nikel, Kobalt, Seng) ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ditinjau dari aspek mikrobiologi, bakteri patogen yang tercantum dalam Permenkes, yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella.

Bakteri patogen tersebut dapat membentuk racun setelah periode laten yang singkat, yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri coliform, seperti Escherichia colli yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air.

Di Jakarta Barat, kata Supardiyo, daerah yang mengalami kriris air bersih layak minum adalah Kecamatan Kalideres, Cengkareng, dan Kecamatan Grogol Petamburan. “Namun air bersih tersebut, hingga 70 persen masih layak digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi dan mencuci pakaian,” ucapnya, Jumat (25/5).

Supardiyo menuturkan interusi air laut menyebabkan kondisi air di beberapa daerah di Jakarta Barat menjadi asin. Ini disebabkan gravitasi air karena pembangunan gedung-gedung tinggi. Yang berakibat pada turunnya air permukaan hingga 1-1,5 sentimeter per tahun.

Ia menjelaskan, semakin banyak gedung tinggi, maka aktivitas pengeboran tanah pun tinggi. Air tanah akan terdesak, dan air laut masuk memenuhi kekosongan rongga tanah. “Air permukaan turun, air laut masuk. Sehingga air tanah menjadi asin. Kondisi ini bahkan sudah mencapai daerah Daan Mogot,” ucapnya.

Tak hanya itu, kotornya air tanah di Jakarta Barat, menurutnya lebih disebabkna oleh industri yang melakukan blessing., yakni membuang limbah tanpa melewati Instalasi Penanggulangan Air Limbah (IPAL). Sehingga, limbah yang dibuang langsung keselokan menyebabkan air tercemar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement