REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Buah impor terus menyerbu pasar Indonesia. Harga murah dan kualitas yang dinilai lebih baik dari buah lokal menjadikan buah impor primadona dan pilihan warga Indonesia. Namun, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara mengingatkan kepada masyarakat yang selama ini gemar mengkonsumsi buah impor agar lebih berhati-hati. Pasalnya, buah-buahan impor diduga dicampur dengan bahan pengawet sehingga bisa tahan lama.
"Buah impor yang harganya relatif murah dipasarkan di Indonesia, perlu diwaspadai dan jangan sampai ada warga masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan setelah memakan buah tersebut," kata Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara, Abubakar Siddik, di Medan, Senin (21/5).
Pernyataan Abubakar Siddik ini merupakan tanggapan atas temuan pakar keamanan pangan dan gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Ahmad Sulaeman yang juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai buah impor.
Menurut Abubakar, terminal buah di Rotterdam, Belanda yang luasnya hampir sama dengan Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng terdapat gudang pendingin sebagai tempat menyimpan buah. "Usia penyimpanannya antara enam bulan sampai dua tahun. Agar buah tahan di suhu dingin, tidak kering dan tidak keriput, kulit buah pun dilapisi lilin," katanya.
Abubakar menjelaskan, di dalam lilin itu juga ditambahkan fungisida agar buah tidak berjamur. Dijelaskannya, untuk menjamin terciptanya rasa aman bagi buah yang masuk dari luar negeri, pemerintah melalui bea dan cukai dan petugas karantina pertanian perlu selalu waspada dan selektif mungkin untuk meneliti atau 'menyensor' barang tersebut.