REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum ditemukannya Flight Data Recorder (FDR), instrumen pelengkap Black Box dari pesawat Sukhoi Superjet 100, tidak akan menghambat penyelidikan. Itu dikatakan oleh Ketua Tim Investigasi Sukhoi, dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Mardjono.
Menurutnya FDR yang berfungsi merekam seluruh aktifitas pesawat, memang penting. Tetapi bukan satu-satu nya 'kunci' untuk mengetahui penyebab aksi tabrak gunung yang dilakukan oleh pilot Aleksander Yoblenstev tersebut. "Kita sudah punya CVR (Cookpit Voice Recorder-red), dan data pelengkap seperti radar," kata dia, saat dihubungi, Ahad (20/5).
Mardjono menjelaskan, dengan kondisi CVR yang masih sangat bagus rekamannya, akan sangat membantu KNKT dalam proses penyelidikan. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut, akan lebih lama jika tanpa adanya FDR.
Puing-puing yang belum terevakuasi seluruhnya, ujar Mardjono juga akan dapat membantu mempercepat penyelidikan. "Karena itu KNKT masih meminta Basarnas untuk mencari FDR dan serpihan lainnya, seperti mesin," kata dia.
Ia-pun kembali menegaskan, penyelidikan penyebab pesawat yang menewaskan 47 penumpang didalamnya tersebut, tetap berada dibawah kewenangan KNKT. "Yang meyelidiki negara ditempat kejadian, itu mengacu pada konvensi internasional," terang dia.
Ia mengatakan, kehadiran tim investigasi Rusia di Indonesia hanyalah sebagai 'Accredited Representative'. Posisi itu sebagai perwakilan negara yang memproduksi pesawat sipil pertama Rusia tersebut. "Mereka hanya sebatas membantu KNKT," tuntas Mardjono.