REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang dua desa di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Jumat, sehingga menyebabkan satu unit rumah ambruk, sedangkan beberapa rumah lainnya mengalami kerusakan ringan di bagian atap.
Kontributor ANTARA di Tulungagung melaporkan hingga kini belum ada laporan korban jiwa maupun nilai kerugian akibat bencana alam tersebut.
Namun, informasi sementara dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebutkan satu-satunya rumah yang mengalami kerusakan berat (ambruk) diidentifikasi sebagai milik warga bernama Sulastri.
"Kami belum bisa pastikan data tersebut karena kejadian masih baru dan kami belum melakukan peninjauan lapangan langsung untuk inventarisasi korban maupun kerugian," ujar Kepala BPBD Tulungagung Agus Purwanto.
Namun, tim PBD sekarang sedang meluncur ke sana. "Pendataan akan dilakukan secepatnya dengan mengerahkan dengan jaringan relawan tanggap darurat bencana ataupun pasukan khusus tanggap bencana (passusgana) yang barusan mereka bentuk," katanya.
Hasil inventarisasi sekaligus langkah-langkah tanggap darurat bencana selanjutnya akan dikoordinasikan dengan instansi terkait serta masyarakat, sehingga penyaluran bantuan secara menyeluruh baik dalam bentuk material maupun tenaga bisa secepatnya disalurkan kepada para korban.
"Kalau sudah lengkap dan jelas datanya nanti segera kami sampaikan kepada teman-teman media," timpal Agus.
Hujan deras disertai angin kencang melanda sebagian besar kawasan di Kabupaten Tulungagung, mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, menyebabkan genangan banjir hingga setinggi lutut orang dewasa.
Genangan air terutama banyak terjadi di kawasan pemukiman sekitar pusat Kota Tulungagung (Kecamatan Tulungagung, Kedungwaru, serta sebagian Boyolangu) sehingga menyebabkan arus lalu lintas sedikit terganggu.
Selain banjir dalam skala kecil di pusat kota, hujan disertai angin berputar atau biasa disebut dengan istilah puting beliung menerjang dua desa bertetangga sekaligus, yakni Desa Tanjungsari, Kecamatan Boyolangu serta Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol.
Pihaknya memang telah mendapat peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menjelaskan potensi cuaca ekstrem selama beberapa pekan terakhir.
"Meski bulan Mei ini telah memasuki musim kemarau, udara masih bersifat basah sehingga menyebabkan hujan deras disertai angin kencang, karena itu kami mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah-daerah yang memiliki risiko tinggi bencana longsor, banjir, serta puting beliung," ucapnya.
Sebelumnya (17/5), longsor memang sempat terjadi di daerah Kecamatan Pagerwojo, namun longsor terjadi di kawasan nonpemukiman dan hanya menyebabkan akses jalan arteri Tulungagung-Trenggalek melalui Kecamatan Pagerwojo-Bendungan terputus beberapa lama.