REPUBLIKA.CO.ID, CIMELATI -- Daftar nama atau manifes tidak hanya berlaku bagi penumpang pesawat atau kapal laut. Untuk tertibnya administrasi dan mengantisipasi kemungkinan buruk, siapa pun yang hendak mendaki ke lokasi musibah Sukhoi di sekitar Puncak Manik, Gunung Salak, juga harus terdaftar di manifes yang ada di setiap posko relawan.
Seperti di Posko Cimelati, Kampung Cikurutug, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, petugas Basarnas mencatat nama, lembaga atau profesi yang akan mendaki ke Puncak Manik. Mereka pun mengharuskan relawan untuk memeriksakan kesehatan fisiknya di tenda Dompet Dhuafa.
Setiap yang diberangkatkan dihimpun dalam kelompok berjumlah 5-15 orang dan ditunjuk satu pimpinan rombongan. Dalam satu tim bisa merupakan satu kawanan atau orang-orang yang baru kenal. Kadang suka terselip beberapa wartawan.
Saat turun gunung mereka pun harus kembali melapor di pos relawan. Petugas posko akan menanyakan kembali data diri dan kelompok yang diikuti saat naik.
"Seringkali saat pulang mereka terpisah dengan kelompok awal dan bergabung dengan kelompok lain. Di sinilah pentingnya 'manifes' agar setiap orang yang naik ke Puncak Manik terpantau pergerakannya. Jika hilang atau tersesat pun bisa mudah diketahui untuk dilakukan pencarian," kata Irwan dari Relawan Indonesia yang bertugas di Pos Cimelati, Rabu (16/5).
Setibanya kembali di Posko, para relawan dan wartawan pun harus memeriksakan kesehatannya. Bagi yang ikut evakuasi jenazah, malah diharuskan mensterilkan diri dengan cairan alkohol.
Sterilisasi juga dilakukan lebih dulu di Puncak Manik. Begitu mereka baru naik dari jurang Batusumpit tempat jatuhnya Sukhoi, harus menghadap petugs PMI untuk disterilkan. Bahkan, kaus tangan hingga pakaian mereka yang bersentuhan dengan mayat korban yang sudah membusuk, harus dibakar.