Selasa 15 May 2012 19:33 WIB

Ada Awan Cumulus Nimbus Saat Insiden Sukhoi Superjet 100

Rep: Umi Lailatul/ Red: Heri Ruslan
Pesawat Sukhoi Superjet 100
Foto: blogspot
Pesawat Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, RAWAMANGUN -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memastikan adanya awan Cumulus Nimbus saat pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalami insiden di kawasan Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Data satelit MTSAT menunjukan adanya awan cumulus nimbus yang tebal dan aktif di Gunung Salak’’ ujar Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Thomas Djamaluddin di kantor LAPAN, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (15/5).

Dasar awan tersebut berada di ketinggian dua ribu kaki dan puncaknya berada pada ketinggian 37.436 kaki.

"Menaikkan pesawat untuk mengatasi awan mungkin dianggap terlalu tinggi dari 10 ribu kaki dan harus terbang melebihi 37 ribu kaki. Pilihan untuk meminta izin menurunkan menjadi enam ribu kaki mungkin menjadi dasar pertimbangan. Tetapi menjadi terlambat ketika kurang memperhitungkan resiko yang lebih fatal dengan topografi daerah tersebut yang bergunung-gunung’’ ujarnya.

"Antara pukul 14.00 WIB dan 15.00 WIB, pesawat itu hilang dan pada saat yang sama juga terdeteksi awan di Gunung Salak,''paparnya.

Thomas menambahkan jika ada awan cumulus nimbus pilot sebaiknya menghindari awan tersebut. Informasi ini digunakan sebagai bahan informasi kepada masyarakat terkait kondisi wilayah tersebut saat pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh.

‘’Belum tentu juga awan tersebut membahayakan dan menjadi keputusan pilot untuk menurunkan ketinggian’’ ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement