REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tiga botol bir dipegang seorang pria Rusia sekitar 10 kilometer dari tebing yang menghancurkan pesawat Sukhoi Superjet 100. Pria berperawakan besar dengan telinga yang ditindik, menghampiri karibnya yang sudah menunggu di sebuah kasir mini market. Keduanya bercakap dengan bahasa yang masih asing di telinga.
Setelah berberapa detik bercakap, sang karib dari pria 'pemborong' bir angkat suara. Sampil telunjuknya menunjuk ke satu arah dia berkata, "Rokok". Penjaga kasir langsung menuju sekotak rokok. Bukan kretek yang biasanya jadi simbol rokok lelaki di Indonesia, melainkan rokok slim yang selama ini lebih dikenal sebagai 'rokoknya' wanita.
"Bukan satu. Yang banyak," ujar si pria memberi arahan jumlah rokok kepada panjaga kasir dengan bahasa Indonesia yang terbata.
Bir dan rokok ini yang mendominasi kantong belanjaan dua pria yang merupakan bagian dari tim Rusia di kaki Gunung Salak. Tercatat, lebih dari 20 bungkus rokok diborong pria Rusia malam itu. Sedangkan lima botol bir berbagai merek jadi amunisi. Dari mulai bir merek impor hingga lokal mereka borong di mini market.
Ternyata seorang pria Rusia yang bisa berbahasa Indonesia merupakan juru bicara tim Rusia di Gunung Salak. Dialah Dimitry Solodov yang selama ini jadi kawan wartawan Indonesia selama meliput di kawasan kecelakaan Sukhoi. Dialah satu-satunya pria Rusia yang mampu berbicara bahasa Indonesia di kaki Gunung Salak.
"Apa kabar Dimitry?" sapa Republika pada pria yang merupakan staf kedutaan besar Rusia di Jakarta.
Ia pun menjawabnya dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih. Walau raut mukanya nyaris tanpa ekspresi, pria yang akrab dipanggil Timur itu mau meladeni satu persatu pertanyaan Republika.
"Semua kondisi baik. Hari ini memang proses pencarian dan evakuasi terhenti akibat cuaca buruk," kata di depan kendaraan dinas jenis Nissan Xtrail bernomor plat CD 38.
Namun, ternyata tidak semua orang Rusia merasa baik-baik saja di kaki Gunung Salak laiaknya yang dirasakan Solodov malam itu. Dua orang Rusia bernama Aleksander dan Sergey justru nyaris 'semaput' akibat kerasnya medan di Gunung Salak. Kedua pria yang berprofesi sebagai wartawan itu, bahkan harus dilarikan ke rumah sakit akibat kelelahan fisik. "Tak ada masalah teknis. Cuma masalah fisik," kata Penanggungjawab operasi Basarnas Brigjen Sumartono memberi penjelasan akan kondisi kedua pria Rusia.
Ternyata tidak selamanya bir dan rokok jadi senjata ampuh Rusia.