Ahad 13 May 2012 19:08 WIB

Rusia Datangkan Ahli DNA Terbaik ke Indonesia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hafidz Muftisany
Petugas Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri melakukan pengambilan sampel DNA dari salah satu keluarga korban jatuhnya pesawat Sukhoi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (11/5).
Foto: Prayogi/Republika
Petugas Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri melakukan pengambilan sampel DNA dari salah satu keluarga korban jatuhnya pesawat Sukhoi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar terbaik Deoxyribonucleic Acid (DNA) Rusia, Profesor Ivanov, akan diterbangkan ke Indonesia. Ini dilakukan guna membantu proses identifikasi terhadap jenazah korban kecelakaan pesawat Superjet 100.

"Selasa mendatang Profesor Ivanov akan datang," ujar Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokes) Polri yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Brigjen Musadeq Ishak, saat jumpa pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Ahad (13/5).

Bantuan ini dilaksakan untuk membantu identifikasi utama dalam pemeriksaan profil DNA jenazah korban. "Kami tim DVI akan bekerja sama dengan Rusia secara profesional, transparan, akuntabel dan independen," katanya.

Musadeq menampik dilibatkannya pakar DNA dari Rusia karena tim DVI Indonesia tidak cukup mampu melakukan identifikasi. Menurutnya Indonesia sudah mempunyai kemampuan pakar forensik setara dengan ahli forensik dunia. "Kami memiliki metode dan standar operasional prosedur (SOP) sama, tapi tidak ada salahnya menerima bantuan pihak lain," ujarnya.

Meski begitu, kata Musadeq, tidak ada salahnya jika Indonesia bekerja sama dengan Rusia. Hal ini akan menimbulkan sinergi positif yang berguna dalam menyelesaikan proses identifikasi. "Bio molekuler bisa mengurai seluruh kasus dengan kualitas tinggi, sahabat kita Rusia punya pengalaman itu," ucapnya.

Selain melibatkan pihak Rusia, Polri juga menggandeng ahli forensik dari perguruan tinggi. Diantaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Saat ini ada enam tim ahli forensik yang bekerja mengidentifikasi korban. Tiap tim terdiri dari dua ahli patologi, dua ahli ordontologi dan dua ahli antropologi. "Kalau dijumlah ada 110 pihak terlibat dalam proses identifikasi, terdiri dari internal Polri, Kementerian Kesehatan, perguruan tinggi dan beberapa pihak lain," ucap Musadeq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement