REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan Arista Admajati menilai lost cabin pressure merupakan alasan paling masuk yang menyebabkan Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak.
“Pilot ingin turun dari ketinggian 10 ribu ke enam ribu kaki, kalau dikaitkan dengan itu, kondisi ini paling masuk akal,” tegasnya saat dihubungi Republika, Jumat (11/5).
Dikatakannya kemungkinan besar, saat Sukhoi berada di ketinggian 10 ribu kaki, suhu di kabin pesawat menurun. Akibatnya pilot harus turun ke bawah untuk menjaga suhu di dalam ruangan agar penumpang bisa bernafas seperti biasa dan selamat selama penerbangan.
“Kalau tidak cepat-cepat diturunkan, lost cabin pressure juga bisa sebabkan pesawat meledak di atas,” katanya.
Ia mengatakan pilot tentu tidak ingin membahayakan nyata penumpangnya.
Sementara itu Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti mengaku pihaknya tidak bisa menebak-nebak mengapa kecelakaan pesawat terjadi.
“Kita harus lihat dulu rekaman pembicaraannya,” tegasnya.
Namun ia memastikan, memang ada permintaan pilot untuk turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke enam ribu kaki. Meski demikian, ia belum bisa memberi kepastian apakah langkah tersebut sudah disetujui air traffic controller (ATC) atau tidak.