Jumat 11 May 2012 14:48 WIB

Tragedi Sukhoi tak Ganggu Kerja Sama RI-Rusia

Rep: Ahmad Reza S/ Red: Djibril Muhammad
Indonesia-Rusia
Indonesia-Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengatakan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia tidak akan terganggu dengan adanya peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Peristiwa tersebut malah akan meningkatkan kerja sama antar dua negara.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo usai acara Penandatanganan Kontrak TANK BMP-3F, di Gedung Kemhan, Jakarta, Jumat (11/5).

Ediwan mengatakan, bahwa kepentingan penerbangan yang dilakukan Sukhoi Superjet 100 adalah untuk kepentingan komersil. Bukan untuk keperluan TNI. Kendati demikian, dengan adanya peristiwa tersebut, akan dijadikan pihaknya sebagai pelajaran demi meningkatkan kerja sama dalam bidang militer ke depannya.

Pada acara tersebut, Kemhan melakukan pembelian sebanyak 37 unit kendaraan tempur infanteri dengan jenis BMP-3F seri 2. Pada penggunaan perlengkapan militer tersebut, TNI telah menggunakan tank BMP-3F sejak Desember tahun lalu sejumlah 17 unit.

Sementara yang mengoperasikan kendaraan tersebut adalah Korps Marinir TNI AL. Dari segi teknologi, kendaraan tempur lapis baja tersebut dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan pertempuran masa kini atau biasa dikenal pertempuran asimetris.

Selain itu, keunggulan-keunggulan lainnya yang dimiliki Tank BMP-3F seri ke 2 produksi perusahaan Rosoboronexport Rusia adalah mampu beroperasi di laut selama tujuh jam. Untuk menunjang kemampuan amfibinya, tank tersebut dapat dilengkapi dengan snorkel.

Dalam hal meriam, BMP-3F dilengkapi kanon kaliber 100 mm. Di mana kanon ini dirancang untuk menembakkan peluru atau roket non-kendali (shell). Kanon jenis ini masuk dalam kategori balistik sedang, dengan kecepatan tembak berkisar 250m/detik.

Selain Indonesia dan Rusia, BMP-3F saat ini juga digunakan angkatan bersenjata Ukraina, Sri Lanka, Siprus, Kuwait, Uni Emirate Arab serta Korea Selatan. Ediwan mengungkapkan, pengadan alat perang tersebut dilakukan Kemhan dengan menggunakan fasilitas pendanaan melalui APBN 2011. "Pengadaan kali ini adalah lanjutan dari 17 unit yang telah dilakukan pada 2008," katanya.

Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport di Indonesia, Vadim Varaksin menyesalkan penandatanganan tersebut dilatarbelakangi kecelakaan tragis pesawat Sukhoi. Kendati demikian, pihaknya mengatakan tidak akan menjadikan peristiwa tersebut sebagai penghalang dari kerja sama dua negara. "Ini pembelian kedua. Jadi mencerminkan TNI AL puas dengan pembelian sebelumnya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement