REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Dampak krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat (AS) terus menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan perekonomian dunia masih belum aman. Ekonomi semua negara mendapatkan dampak dari krisis di kawasan tersebut.
“Ini di triwulan pertama kinerja ekonomi kita, sesuai dengan yang disampaikan BPS (Badan Pusat Statistik-red) misalnya, menunjukkan ada perlambatan ekspor,” katanya saat membuka sidang kabinet paripurna, Kamis (10/5).
Dengan menurunnya kinerja ekspor Indonesia, ia meminta Menteri Perdagangan (Mendag) dan menteri terkait untuk kerja ekstra keras agar ekspor bisa dijaga dengan batas-batas yang bisa dijaga agar tidak turun drastis.
“Saudara tahu kalau ekspor turun dan pertumbuhan terjaga 6,5 persen, maka yang harus dilakukan adalah government spending, jangan terlambat, jangan missed dan salah sasaran,” katanya.
Masalah lain adalah investasi. Ia menilai Indonesia sudah berkali-kali memiliki peluang bagi masuknya investor baik dalam dan luar negeri yang harus dipastikan mengalir dengan baik. Karena, jumlahnya bisa lebih besar dan bisa mengganti kebijakan mengenai ekspor.
Presiden SBY pun mengutip artikel dari pimpinan business center yang datang mendampingi PM Inggris David Cameron saat datang ke Indonesia. Dikatakannya, Indonesia adalah tempat yang baik untuk investasi. “Ada tiga hal yang bisa ditingkatkan hingga Indonesia bisa tumbuh lebih pesat,” katanya. Ketiga hal itu adalah kepastian hukkum, bisnis yang lebih baik, dan birokrasi yang tak menyulitkan. Ketiga adalah harapannya infrastruktur yang diharapkan lebih maju.