REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR---Senator Dewan Negara Malaysia Prof Datu Firdaus Abdullah menyatakan, semua pihak hendaknya memandang penembakan terhadap tiga TKI sebagai kasus dan bukan peristiwa antarnegara. "Peristiwa kriminal seperti itu bisa terjadi dimana saja dan kepada siapa saja. Polisi yang menembak itu tentu tak tahu yang ditembak itu apakah orang Indonesia, Banglades, Nepal atau Myanmar" katanya usai bertemu delegasi DPD dan Komnas HAM di Gedung Dewan Negara di Kuala Lumpur, Rabu (9/5) pagi.
Prof Datu Firdaus Abdullah mengemukakan, polisi tentu bertindak secara spontan apabila sudah dilihat adanya gejala-gejala kriminal, tanpa meneliti secara detil siapa orang itu. "Tapi jangan lihat peristiwa seperti itu sebagai peristiwa antarnegara," katanya.
Peristiwa itu sebaiknya dilihat secara kemanusiaan, bukan antarnegara. "Tidak ada orang yang merelakan kematian, apalagi kematian akibat kekerasan," katanya.
Dia mengatakan, asumsi-asumsi harus tunduk kepada verifikasi. "Saya tidak mau memberi respons kepada asumsi karena setiap asumsi harus ada verifikasi," katanya.
Menurut dia, asumsi tidak bisa dijadikan pemahaman untuk melihat penyebab penembakan itu. "Namanya saja asumsi. Saya tidak bisa memberi pendapat karena asumsi memerlukan verifikasi," katanya.
Mengenai sikap Dewan Negara, dia menjelaskan, dalam pertemuan itu pimpinan Dewan Negara akan mempelajari kasus itu. Ada kesamaan antara Yang Dipertuan Dewan Negara Tan Sri Abu Zahar bin Nika Ujang dengan Ketua Delegasi DPD RI Farouk Muhammad, yaitu sama-sama mantan polisi.
"Setidaknya keduanya memahami budaya polisi dan memamami masalah-masalah yang dihadapi polisi. Tapi saya katakan jangan lihat peristiwa ini sebagai peristiwa antarnegara, lihat ini sebagai peristiwa kemanusiaan yang tidak siapapun merelakan kematian, apalagi kematian yang bersifat kekerasan," katanya.
Pernyataan itu telah disampaikannya dalam pertemuan delegasi DPD dan Komnas HAM dengan Pimpinan Dewan Negara. "Semua delegasi menerima pernyataan itu," katanya.
Hal seperti itu harus ditangani dengan semangat kebersamaan dengan menyadari adanya kemungkinan pihak ketiga yang tersembunyi yang tidak menyenangi hubungan baik Indonesia-Malaysia. "Hubungan Indonesia-Malaysia ini selalu diisukan atau dipermasalahkan oleh tangan ketiga yang tersembunyikan," katanya.
Dia mengemukakan, masalah penembakan tiga TKI lebih kepada masalah kepolisian dan bukan masalah legislatif. "Ini masalah polisi. Kita tak mau lihat isu ini sebagai isu kenegaraan, kita lihat isu ini sebagai isu kemanusiaan. Ini diterima delegasi dan Komnas HAM," katanya.
Jangan sampai hubungan baik kedua negara ternodai oleh kasus-kasus seperti ini. Kasus seperti ini harus ditangani secara bijaksana. "Sebab apa kata lagi, kita tidak menghadapi seorang berdua, kita menghadapi jutaan manusia tentu ada persoalannya," katanya.
Dia mengajak semua pihak terkait di Malaysia maupun Indonesia untuk menangani masalah ini tanpa mengorbankan rasa persaudaraan. "Karena tidak ada siapapun yang maukan kematian," katanya.