REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nasaruddin Umar, acungi jempol madrasah yang dikelola swasta. Dia berharap dukungan wakaf tanah untuk pendidikan keislaman lebih meningkat lagi. Pasalnya, pendidikan karakter bangsa dimulai dari sekolah dasar.
"Para siswa madrasah seperti kalian harus lulus dua ujian, yakni ujian formal dan lulus dari penilaian guru dan masyarakat. Meskipun nilai ujian nasionalnya tinggi tapi kepribadiannya tidak baik, percuma saja. Karena madrasah itu sekolah plus," kata Wamenag saat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional (UN)( di SD Islam Manaratul Islam, Jalan Madrasah 12, Gandaria, Jakarta Selatan, Senin (7/5).
Parameter tingkat kepintaran anak, lanjutnya, jika mampu lulus ujian formal dan sosial tersebut. Dia pun memberi semangat serta doa bagi 45 anak kelas 6 SDI Manaratul Islam yang mengikuti ujian agar sanggup menjalankan dua kewajiban ujian tadi. "Ingin menjawab ujian dengan tenang caranya membaca al-Fatihah. Kalian harus buktikan jika sekolah boleh berstatus swasta, tapi tak kalah dengan sekolah negeri,"tegas Nasaruddin.
Usai berkeliling komplek sekolah seluas 3.000 meter persegi itu, Nasaruddin menyatakan, persiapan pelaksanaan panitia UN bagus. Apalagi SDI Manaratul Islam mendapat kesempatan menyelenggarakan ujiannya di lingkungannya sendiri. Padahal tidak semua sekolah Islam swasta bisa melaksanakan di tempat sendiri karena syaratnya ketat.
"Selaku pihak pemerintah, saya mengapresiasi pada pengelola lembaga pendidikan dari kalangan swasta atas prestasi dan partisipasinya yang aktif untuk berkontribusi pada masyarakat untuk mencerdaskan bangsa,"ungkap Nasaruddin.
Lebih lanjut, dia mengimbau agar orang tua dan tidak menanamkan pemikiran bahwa anak harus lulus UN secara formal. Caranya dengan tidak mendramatisasi UN sebagai ujian yang dahsyat bagi mereka. "Ciptakan kondisi psikologis sebagai yang biasa agar anak tak syok dan memorinya terganggu," saran Nasaruddin.