REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG - Putri Pariwisata Indonesia 2011 Melisa Putri Latar menyayangkan pembubaran diskusi dan bedah buku feminis Muslim asal Kanada, Irshad Manji, yang berjudul 'God, Liberty and Love, Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan' di Komunitas Salihara, Jakarta, Jumat (4/5).
"Menurut saya, sekarang kita hidup pada era demokrasi, pendapat perorangan seharusnya dihargai. Seradikal apa pun pemikiran seseorang, masyarakat seharusnya tidak berhak melakukan tindakan seperti itu," kata Melisa di Sungailiat, Bangka, Ahad (6/5).
Seharusnya, menurut Melisa, permasalahan dapat didiskusikan dengan kepala dingin. Sebelumnya, pada Jumat malam, polisi membubarkan acara diskusi dan bedah buku 'God, Liberty and Love, Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan', Irshad Manji karena ada beberapa organisasi massa, termasuk Front Pembela Islam (FPI), yang meminta agar acara tersebut dibubarkan.
Massa merusak pagar dan menerobos ke dalam ruang diskusi. Irshad pun dievakuasi keluar oleh Polsek Pasar Minggu.
"Menurut saya, pembubaran paksa disertai perusakan seperti itu adalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) karena pada era demokratis semua orang berhak untuk berkumpul dan menyatakan pendapat," kata Melisa.
Melisa mengatakan bahwa masyarakat seharusnya bisa lebih bersikap terbuka. "Saling menghargai dan bersikap ramah adalah kunci kita menjadi masyarakat yang maju, itu juga bisa menjadi 'jualan' kita dalam mempromosikan pariwisata," kata dia.