REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT PLN (Pesero) mengoperasikan tiga pembangkit tenaga listrik minihidro (PLTM) di Lokomboro (Tambolaka, Sumba Barat, NTT), Walesi (Wamena, Papua) dan Sawidogo (Poso, Sulawesi Barat). Tiga pembangkit baru yang dikembangkan Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PLN Pusharlis)--salah satu unit kerja PT PLN (Persero)yang bermarkas di Bandung.
Menurut Kepala PLN Pusharlis Budi Susanto pengoperasian PLTM tersebut dapat dipenuhi sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya oleh PT PLN (Persero), yakni satu tahun. Ia mencontohkan, pembangunan PLTM Lokomboro yang berkapasitas 2 x 500 kW, hanya perlu waktu satu tahun saja, berkat kegigihan seluruh tim PLN Pusharlis.
Meski terbilang cepat, Budi menjamin kualitas PLTM yang diproduksi dand ibangun oleh tim PLN Pusharlistidakkalahmutunyadibandingkan produksi luarnegeri. Karena memakai bahan baku dalam negeri,
Rancang bangun dilaksanakan sendiri dan pabrikasi peralatan utama dilaksanakan sendiri sehingga harganya pun menjadi murah. Satu unit PLTM berkapasitas 800 KVA menghabiskan dana Rp 14 miliar. "Hanya di Wamena, kendala transportasi darat yang mengharuskan peralatan diangkut dengan pesawat udara membuat harganya membengkak dua kali lipat", ujar Budi.
Budi mengungkapkan, pihaknya sudah membuat delapan unit PLTM type Francis dan sudah banyak pula membuat PLTMH (kapasitasdibawah 50 kW) type cross flowserta open flum. Ada yang sudah beroperasi seperti Lokomboro dan Sansarino, ada juga yang masih dalam tahap pembangunan.
PLTM Lokomboro diresmikan pekan lalu oleh Direktur Operasi Indonesia Timur, Vickner Sinaga, dihadiri Bupati Sumba Barat Daya Cornelius Kodi Mete dan Ketua DPRD Sumba Barat Daya Yoseph Malo Lende.
Kehadiran PLTM disebut Budi mendapat tanggapan positif warga masyarakat dan pimpinan daerah setempat. Ia kemudian mengutip pernyataan Bupati Sumba bahwa listri mampu menghapuskan 'kegelapan' yang masih banyak dialami warganya.
Bupati memuji komitmen PLN yang telah membangun PLTM yang ramah lingkungan, sesuai dengan potensi kawasan Sumba Barat yang memiliki energi alternatif berlimpah. "Pulau Sumba memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan karena kaya dengan potensi energi alternatif, seperti air dan surya. Pembangunan PLTM Lokomboro menunjukkan keseriusan PLN dalam mewujudkan "Desa Bercahaya" yang menjadi salah satu program pemerintah kabupaten Sumba Barat Daya", ujar Cornelius.
Sukses membangun PLTM disejumlah titik, Purhalis bakal mendapat tugas baru. Hingga tahun 2013 Purhalis dipercaya membangun 20 proyek serupa di sejumlah daerah. Langkah ini sekaligus sebagai upaya mengejar rasio elektrifikasi yang diperkirakan baru tercapai 100 persen pada 2020.
Saat ini rasio tersebut baru mencapai sekitar 65 - 70 persen. Ketimpangan juga masih mewarnai pasokan listrik karena sekitar 80 persen listrik masih dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit yang terpusat di Jawa dan Bali, 11 persen di Sumatera dan sisanya di Kalimantan, Sulawesi dan wilayah Indonesia Timur, sekitar 9 persen.
Kawasan Indonesia timur memang paling "menderita" karena PLN baru bisa memasok 62 persen listrik untuk seluruh wilayah. Di bagian terluas dari wilayah Indonesia ini, PLN harus memasok listrik di 15 provinsi. Namun karena terkendala oleh berbagai kondisi terutama geografis, sebanyak 15 ibu kota kabupaten sampai saat ini masih belum teraliri listrik.