REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Kedatangan 10 orang Indonesia dari kalangan politisi dan pengusaha ke perayaan ulang tahun negara Israel pada Kamis (26/4) lalu menuai kecaman.
"Saya juga dapat undangan untuk datang ke perayaan itu, tapi saya tidak datang,"sebut mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, Selasa (1/5).
Ketidakhadiran sang kiai dikarenakan prinsip dan komitmennya sebagai tokoh umat Islam. "Jika memenuhi undangan berarti bertentangan dengan kepentingan kaum muslimin dan mukaddimah UUD 1945 yang anti penjajahan," tegas pengasuh pesantren mahasiswa Al-Hikam ini.
Dia pun memandang kekurangpahaman kesepuluh orang tadi karena tidak mempunyai komitmen kuat yang disertai pengetahuan tentang agama, sosial, dan politik yang mumpuni terkait hubungan Indonesia-Israel.
Setidaknya ada 10 tamu dari Indonesia yang hadir pada peringatan 64 tahun lahirnya negara Zionis itu. Mereka adalah politikus dari Partai Nasional Demokrat bersama istri, perwakilan dari organisasi pemuda Islam, pengusaha, dan pejabat KADIN (Kamar Dagang dan Industri).
Mereka datang atas undangan Duta Besar Israel buat Singapura Amira Arnon. Arnon menyebut rombongan dari Indonesia itu kawan Israel. Perayaan kemerdekaan Israel itu mengambil waktu sesuai penanggalan Yahudi. Kalau mengikuti kalender Masehi, ulang tahun Israel dilangsungkan setiap 14 Mei.