REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Ratusan aktivis kampus dari berbagai Universitas di Surabaya berunjuk rasa menolak Rancangan Undang-undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG), Jum'at (20/4). Sedikitnya 300 aktivis mahasiswa muslimah ini menggelar poster dan berorasi didepan Grahadi Surabaya.
Mereka menuntut agar dihentikannya pembahasan RUU KKG. Sebab, menurut mereka, RUU ini merupakan sistem yang diadopsi dari negara imperialis seperti Eropa dan Amerika. Koordinator aksi, Nurul Sa'adah mengatakan, sistem kesetaraan gender yang diterapkan di Eropa membawa pengaruh buruk bagi kondisi di Indonesia. Pasalnya, sejak diterapkan sistem Kesetaraan gender di Inggris, jumlah kelahiran dari pernikahan hanya 40 persen. Selebihnya, adalah kelahiran akibat seks bebas.
RUU KKG yang tengah dibahas di DPR merupakan adopsi dari sistem barat seperti Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women (Cedaw), Beijing Platform for Action (BPFA), dan Millenium Development Goals (MDGs). Oleh sebab itu, kata Nurul, isi RUU KKG ini lebih banyak menyerang ajaran Islam. Hal itu ditunjukkan dalam pasal 3 huruf f, pasal 8 huruf b, pasal 9 ayat 1, pasal 20, dan lainnya.
"Misalnya salah satu pasal akan menyamakan peran laki-laki dan perempuan dalam semua bidang," katanya pada Republika.
Lebih lanjut, Nurul mengatakan hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Pasalnya secara kodrat dan fisik, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Hal tersebut sangat jelas berdasarkan ciri fisik dan kekuatan mereka. Jadi penyamaan peran dalam segala urusan adalah hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu, tambah mahasiswi Unair tersebut, ada pasal yang menyatakan bahwa hak laki-laki dan perempuan sama. Bahkan dalam hal reproduksi.
Dari kajian Forum Aktivis Kampus untuk Peradaban, angka perceraian meningkat 60 persen sejak merebak ide RUU KKG tersebut. Bahkan, di Eropa telah terjadi depresi perempuan yang meningkat 2 kali lipat sejak 40 tahun terakhir. Sebabnya, karena kesetaraan gender ini menciptakan beban luar biasa yang menyebabkan kesulitan menyeimbangkan peran domestik keluarga, dan karir bagi perempuan.