REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Korban kecelakaan lalu lintas di Kota Bogor didominasi oleh pelajar dan remaja. Kurangnya pengetahuan berkendara dan safety riding disinyalir sebagai penyebab utama fenomena ini.
Kanit Laka Lantas Polresta Bogor, IPDA Subandi, mengatakan pada tahun 2011 lalu, 35 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Dari angka tersebut sebagian besar korban berusia antara 15 hingga 25 tahun. "Kebanyakan remaja dan pelajar tingkat SMA," kata dia, Kamis (19/4).
Selain perilaku ugal-ugalan, seringkali kecelakaan terjadi akibat pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengendara tidak mematuhi rambu-rambu yang ada. "Kelengkapan peralatan berkendara seperti helm berstandar SNI juga kerap kurang dipenuhi," ujarnya.
Kurangnya rambu-rambu lalu lintas di sepanjang ruas jalan juga menjadi kendala tersendiri. Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Teddy Setiadi mengatakan, di ruas-ruas jalan Kota Bogor hanya terdapat total 700 rambu-rambu lalu lintas. "Rambu yang ada masih kurang banyak," kata dia.
Menurut Teddy, idealnya Kota Bogor memiliki sedikitnya tiga ribu rambu lalu lintas. Ia menyatakan, pihaknya kesulitan untuk memenuhi jumlah tersebut dikarenakan kurangnya anggaran. Tiap tahun, pihaknya mendapat kucuran dana dari APBD sekitar Rp 1 miliar. "Untuk pengadaan dan perawatan kami alokasikan Rp 500 juta," ungkapnya.
Selain kekurangan jumlah, rambu-rambu lalu lintas yang telah terpasang pun kerap tidak dapat berfungsi secara maksimal. Banyak rambu di tepi ruas jalan tidak terlihat jelas oleh pengendara akibat tertutup pepohonan.