Rabu 18 Apr 2012 16:49 WIB

Inilah Pesan Konferensi Asia Afrika 1955

Rep: Angga Indrawan/ Red: Heri Ruslan
Pengibaran 106 Bendera Asia Afrika pada pembukaan 'Peringatan HUT Ke-57 KAA' di Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Bandung, Rabu (18/4).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Pengibaran 106 Bendera Asia Afrika pada pembukaan 'Peringatan HUT Ke-57 KAA' di Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Bandung, Rabu (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Semangat kemerdekaan, kembali mengemuka di peringatan ke-57 Konferensi Asia Afrika (KAA). Gema kemerdekaan politik, ekonomi, serta sosial budaya, pun berkumandang lagi dari Dasa Sila Bandung, hasil konferensi di Kota Bandung pada 1955.

“Penjajahan bukan lagi soal fisik," tegas Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, saat membuka peringatan, Rabu (18/4). Saat ini, kata dia, penjajahan berwujud ekonomi dan sosial, yang membuat bangsa tak bisa menjadi negara mandiri.

KAA, kata Heryawan, merupakan momentum penting dalam sejarah diplomasi Indonesia. Dari Indonesia, muncul semangat berkobar menghapus penjajahan, khususnya di Asia Afrika. Pemilihan nama gedung lokasi konferensi -Gedung Merdeka- mencerminkan semangat tersebut.

Menurut Heryawan, Dasa Sila Bandung punya semangat perdamaian yang sangat luas. Yaitu untuk memajukan dan perbaikan segala bidang. Sayangnya, kini hadir penjajahan baru berupa ekonomi dan sosial budaya.

Banyak negara Asia Afrika terjerat utang, sementara budaya lokal semakin tergerus budaya asing. "UNESCO mencatat dalam satu hari ada lima bahasa asli daerah yang hilang di dunia. Ini bencana kemanusiaan terdahsyat," sebut dia.

Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, AM Fachir, mengatakan KAA adalah inspirasi Pemerintah Indonesia untuk membangun komunikasi intensif di dunia internasional. Dia mencontohkan konferensi tahunan 'Bali Democration Forum', mulai 2008. Dari semangat KAA pula, suara dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina di forum PBB tak pernah surut. Menurutnya, Dasa Sila Bandung, mampu memberi semangat menghapus upaya-upaya pembodohan serta penjajahan dalam berbagai bentuk.

 

Penghayatan terhadap spirit KAA, tambah Fachir, harus mampu dicerna secara mendalam oleh bangsa Indonesia. Di tengah keseimbangan hak ekonomi dan hak politik pascareformasi 1998, ungkap Fachir, perlu dibangun satu bentuk perjuangan baru untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia. "(Peringatan) tidak hanya jadi seremonial,” tegas dia.

Peringatan ke-57 KAA diawali pengibaran bendera 106 negara peserta Konferensi Asia Afrika oleh 150 pasukan oleh anggota pramuka Kwartir Cabang Bandung. Bendera tersebut berkibar di seputar Gedung Merdeka, tepat pukul 08.00 WIB. Diiringi marching band, beberapa duta besar maupun perwakilan negara sahabat turut menyaksikan prosesi tersebut.

Tahun ini, peringatan KAA akan berlangsung tujuh hari, 18-24 April 2012. Tema yang diusung adalah 'Celebrating Together in Peace'. "Kebebasan adalah milik setiap orang dan tiap golongan," ujar ketua panitia, Boedi S Poerwohadikoesoemo, seusai pembukaan peringatan. Sekurangnya 900 relawan terlibat menjadi panitia seluruh rangkaian peringatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement