REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak kurang dari 60 orang tak berdosa tewas setiap tahunnya akibat sikap brutal geng motor. Indonesian Police Watch (IPW) menilai ini terjadi akibat pembiaran dari aparat.
Dari data yang dihimpun IPW, pada 2009 di wilayah Polda Metro Jaya, ada 20 lokasi balapan liar. Pada 2012, jumlahnya bertambah menjadi 80 lokasi. Paling banyak ada di Tangerang, yakni sebanyak 21 lokasi.
IPW mendata, ada tiga perilaku buruk geng motor, yakni balapan liar, judi (taruhan), dan tawuran (pengeroyokan), seperti yang dialami seorang anggota TNI AL di Kemayoran.
Akibatnya, korban berjatuhan. Pada 2009, ada 68 orang tewas di arena balapan liar, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan. Pada 2010, 62 orang tewas, dan 2011 ada 65 orang tewas.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, mengatakan, patroli pemberantasan geng motor dan balapan liar yang dilakukan polisi di Jakarta sekarang ini jangan hangat-hangat seperti tahi ayam.
"Pembiaran polisi terhadap geng motor selama ini sudah membuat konflik sosial, serta memicu dendam dan aksi main hakim sendiri, seperti pada Jumat dini hari kemarin. Jika situasi ini tidak segera dikendalikan, tentu akan memicu konflik yang lebih besar di masyarakat," ujarnya, Selasa (17/4).
Di lokasi-lokasi ini bursa taruhannya mulai Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan di pinggiran Jakarta antara Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta. Jika memakai joki, pasar taruhan bisa mencapai Rp 5 juta sampai Rp 25 juta. Sejumlah petaruh patungan, dan joki mendapat 10 sampai 25 persen, jika menang.
"Tragisnya, anggota geng motor di arena balapan liar ini masih sangat muda, antara 14 hingga 22 tahun. Keterlibatan bengkel-bengkel tertentu dalam balapan liar ini sangat menonjol," ujar Neta.
IPW berharap. Polda Metro Jaya mengedepankan polsek dan polres untuk memberantas geng motor dan balapan liar. Jika tidak, konflik sosial akibat dendam atas perilaku geng motor, bakal terus berkecamuk di Jakarta.