REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singkong atau ubi kayu berpotensi sebagai pengganti beras. Hal ini penting dilakukan untuk peningkatan diversifikasi makanan.
"Singkong dapat menjadi pengganti beras yang sangat potensial untuk menunjang diversifikasi makanan,"ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Ahmad Suryana dalam acara dialog publik 'Mengangkat Gengsi Singkong untuk Memantapkan Ketahanan Pangan', Selasa (17/4).
Menurut dia, singkong atau ubi kayu merupakan sumber karbohidrat terpenting ketiga setelah beras dan jagung. Selain itu, juga dapat menjadi sumber pangan pokok lokal nasional dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Terlebih, tingkat produktivitas singkong cenderung meningkat tiap tahun. Pada tahun 2011, produktivitas mencapai 19,5 ton per hektare dari 1,2 juta hektare luas panen yang menghasilkan sekitar 20,409 juta ton singkong basah.
"Produktivitas singkong meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, meskipun luas panen menurun,"tambahnya.
Namun, demikian produksi singkong cenderung naik dengan rata-rata 4,3 persen per tahun. Singkong juga dalam perkembangan penelitian dan inovasi teknologi tinggi dapat diolah menjadi makanan bernilai jual tinggi. Seperti, Mocaf, tepung Cassava terfermentasi yang bisa menjadi alternatif pengganti tepung gandum yang selama ini masih diimpor.
"Singkong dapat digunakan untuk food, feed, dan fuel,"kata Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen.
Suharyo juga menambahkan bahwa, kegunaan tanaman singkong sangat beraneka ragam, mulai dari umbi untuk food, feed, fuel dan biodegradable plastic, batangnya yang tua untuk bibit, batang muda dan daun untuk pakan ternak, bonggol setelah umbinya diambil dapat dijadikan pupuk organik dengan dicampur kotoran hewan (sapi atau ayam).
Untuk itu, peluang pengembangan aneka olahan singkong sangat terbuka luas bagi masyarakat, sehingga singkong tidak hanya menjadi makanan kelas dua dan hanya dikonsumsi oleh penduduk desa.
Peningkatan diversifikasi makanan terhadap singkong ini juga dilakukan untuk menurunkan impor beras dan tepung gandum. Sehingga, dapat meningkatkan ekspor pangan lokal berupa singkong.