REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta mengatakan, sudah banyak alat deteksi dini tsunami yang dipasang di pesisir pantai utamanya untuk daerah yang rawan akan terjadinya bencana tersebut, tetapi beberapa tahun terakhir beberapa bagian dari alat deteksi banyak yang hilang.
"Alat-alat deteksi dini tsunami itu sebenarnya sudah banyak yang dipasang di pesisir barat Sumatra, tetapi banyak bagian alat tersebut yang hilang dan akhirnya tidak berfungsi," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, kepada wartawan seusai memberikan ceramah pada 'Pelatihan Wirausaha Industri Inovatif" di Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Jumat (13/4).
"Ya akhir saat terjadi gempa di Aceh pada tanggal 11 April 2012 yang juga disertai adanya bencana alam tsunami tidak terdeteksi lagi. Banyak orang-orang yang iseng mempereteli alat-alat deteksi dini tsunami, akhirnya alat itu tidak berfungsi," ungkapnya lagi.
Menristek mengatakan berdasarkan pengalaman tersebut, kini Kemenristek, melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan dan membuat alat deteksi tsunami di bawa air laut.
"Kami sekarang ini tengah mengembangkan pembuatan alat deteksi dini tsunami yang di pasang di bawah air laut, dengan harapan akan lebih aman tidak akan diambil lagi oleh orang-orang iseng," katanya.
Ia mengatakan, deteksi dini tsunami yang direncanakan itu nantinya akan dipasang di perairan di daerah Papua. Sementara itu juga terus dilakukan pemantauan dan pemeliharaan alat-alat deteksi dini tsunami yang dipasang di pinggir-pinggir pantai agar berfungsi lagi.
"Selain melakukan perbaikan alat-alat deteksi dini tsunami yang dipasang di pantai-pantai, juga dilakukan penyuluhan kepada masyarakat agar peralatan yang di pasang itu tidak diambil/dirusak, karena ini sangat besar manfaatnya untuk mengetahui secara dini akan terjadinya gempa atau tsunami.