REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Program nikah massal yang diselenggarakan Pemkab Purwakarta sepi peminat. Bertempat di Desa Warung Kandang, Kecamatan Plered, program nikah massal hanya diikuti sepasang pengantin.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Puwakarta, Ahmad Sanukri, membantah jika kinerja petugas KUA kurang maksimal. Pasalnya, seluruh petugas KUA di 17 kecamatan ikut andil dalam menyosialisasikan program nikah massal ini. Akan tetapi, jika hasilnya hanya sepasang yang ikut mendaftar, jangan salahkan petugas.
"Kami sudah bekerja semaksimal mungkin. Justru, dengan adanya sepasang yang ikut menikah menunjukan kinerja petugas KUA bagus," kata Sanukri.
Sebenanya, sambung dia, program nikah massal yang diluncurkan pemkab sangat bagus. Akan tetapi, penerimaan masyarakat berbeda. Salah satu faktornya terbentur aspek sosial budaya.
Dia menjelaskan, menikah adalah momen yang sangat sakral. Jadi, bagi sebagian masyarakat Purwakarta, menikah merupakan tahapan yang paling diperhitungkan. Tak sekedar soal biaya. Melainkan harus mempertimbangkan budaya dan kebiasaan. Termasuk, kebiasaan menghitung tanggal menikah juga jadi pertimbangan.
"Kondisi inilah yang terjadi di lapangan," jelas Sanukri.