Jumat 13 Apr 2012 06:35 WIB

Bambu Bisa Menjadi Sumber Energi Terbarukan

Anak-anak Kampung Kaong, Kecamatan Cipocok, Serang, Banten, bermain meriam bambu atau
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Anak-anak Kampung Kaong, Kecamatan Cipocok, Serang, Banten, bermain meriam bambu atau "jeblugan", Ahad (7/8) malam. Permainan ini hanya ada saat Ramadhan dan sudah menghilang di sejumlah daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno, mengatakan prospek industri bambu sangat menjanjikan. Pemanfaatan bambu tidak lagi terbatas pada kerajinan tangan dan industri kecil melainkan sampai kepada pembangunan infrastruktur dan sumber energi terbarukan.

Hal itu disampaikan dubes pada pertemuan investasi di sela-sela penyelenggaraan 'The 9th World Bamboo Congress' di Universitas Antwerp, Antwerp, Belgia. Pertemuan investasi yang diadakan World Bamboo Organization itu mempertemukan wakil dari pemerintah, investor dan juga masyarakat dalam membahas tentang prospek industri bambu.

Lebih lanjut, Dubes Arif Havas Oegroseno menyampaikan potensi bambu sebagai produk yang ramah lingkungan, multi-fungsi, dan menguntungkan, sangatlah besar apabila diperhatikan secara serius seluruh pemangku kepentingan industri bambu. Dalam pidatonya Dubes membahas berbagai indikator ekonomi Indonesia, manfaat dan penggunaan bambu, prospek investasi di Indonesia, peluang dan tantangan dalam bisnis bambu serta hal-hal yang dilakukan Indonesia.

''Prospek industri bambu sangat menjanjikan dimana saat ini pemanfaatan bambu tidak lagi terbatas pada kerajinan tangan dan industri kecil lainnya, melainkan telah meluas sampai kepada pembangunan infrastruktur dan sumber energi terbarukan,'' kata Arif Havas.

Bambu mampu melepas 35 persen oksigen dan merupakan tumbuhan yang sangat berguna dalam menghijaukan tanah-tanah yang tidak produktif atau telah terdegradasi. Perkebunan bambu juga memberikan manfaat yang luas, tumbuh cepat, dan dapat dipanen dalam waktu singkat.

Bambu dapat menjadi panel, lantai, bio-fuel, furnitur dan kebun bambu itu sendiri dapat menjadi lokasi "carbon catchment" yang memiliki nilai ekonomi. Bambu memiliki image sangat bagus yaitu "bamboo is the green material".

Eropa membutuhkan 700 ton bambu panel per bulan, sementara AS membutuhkan 20 juta ton per tahun. Namun demikian, bambu bagi masyarakat di Indonesia masih terbatas pada pemanfaatan tradisional dan lebih bersifat kultural. Selain itu, pelaku usaha juga masih terfokus pada penanaman kelapa sawit dan belum banyak yang membuka pusat penanaman bambu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement