REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III/Denpasar semakin rutin mencoba sirene peringatan tsunami. Sirene ditempatkan di enam lokasi untuk menjaga optimalisasi kinerja alat tersebut.
"Kami secara rutin mencoba alat tersebut setiap bulan pada tanggal 26 guna mengetahui kinerjanya," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, I Wayan Suardana, Kamis.
Setiap dilakukan uji coba, alat peringatan tsunami tersebut berfungsi dengan baik sesuai prosedur tetapnya.
Sirene itu berada di sekitar Sanur, Tanjung Benoa, Seminyak, Kuta, Kedonganan dan Nusa Dua. "Alat tersebut akan memberikan sinyal peringatan jika terjadi gempa di lautan dengan kekuatan di atas 7 skala richter (SR)," ujarnya.
Selain itu, pusat gempanya juga tidak berada jauh di kedalaman laut atau dangkal. Apabila ada indikasi seperti tersebut, maka peringatan akan muncul melalui 'software' khusus yang ada di BMKG.
I Wayan mengatakan pihaknya hanya menginformasikan peringatan tsunami tersebut ke pihak terkait. Langkah selanjutnya mengenai evakuasi penduduk merupakan tanggung jawab dari Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) Penanggulangan Bencana.
"Peringatan tersebut akan muncul lima menit setelah terjadi gempa dengan indikasi seperti itu. Dan, informasinya akan kami sampaikan ke pihak berwenang," ujarnya. ''Ada waktu sekitar 15-20 menit bagi pihak terkait untuk mengevakuasi penduduk dari wilayah pantai jika terjadi peringatan tsunami.''