Rabu 11 Apr 2012 12:40 WIB

ESDM: Mengoplos Pertamax dengan Premium itu 'Repot'

Rep: Sefti Oktarianisa / Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas SPBU mengisi pertamax ke tangki sepeda motor (Illustrasi)
Foto: YOGI ARDHI/REPUBLIKA
Petugas SPBU mengisi pertamax ke tangki sepeda motor (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Jenderal Migas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo mengaku realisasi wacana penggabungan bahan bakar premium dan pertamax masih membutuhkan waktu. Rencana tersebut, menurutnya,  belum bisa dilakukan tahun ini.

“Ini kan mencampur antara yang subsidi dan non subsidi. Ini bisa repot, tidak mudah,” katanya saat ditemui wartawan dalam seminar Deep Offshore Forum (DOF), Rabu (11/4). “Mungkin tidak bisa segera dilakukan 2012 ini,”.

Rencana menggabungkan RON 88 (premium) dengan R0N 92 (pertamax) dilontarkan Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowadigdo pekan lalu. Penggabungan yang akan menghasilkan bahan bakar dengan RON 90 yang disebut premix, ini diklaim sanggup menekan biaya subsidi.

Evita menuturkan Premix memang bisa menjadi solusi akibat jauhnya harga antara premium dan pertamax. Premium saat ini dijual Rp 4.500 per liter sementara pertamax, Rp 10.200 per liter. Premix bisa berada di tengah tengahnya, dengan harga jual Rp 7.250 per liter. 

“Di Indonesia, ini ada pasarnya,” katanya dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Sementara itu Vice President Komunikasi PT Pertamina Mochamad Harun mengaku percampuran premium dan pertamax bisa saja menjadi solusi yang efektif agar BBM bersubsidi jatuh pada yang berhak. Meski demikian, ia menuturkan keputusan untuk merealisasikannya ada di tangan pemerintah, bukan BUMN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement