Rabu 11 Apr 2012 11:32 WIB

Prof Sardjito Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Karta Raharja Ucu
Prof Sardjito diusulkan jadi Pahlawan Nasional.
Prof Sardjito diusulkan jadi Pahlawan Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bagi Indonesia, Prof Dr M. Sardjito, MPH laiknya Ir Soekarno dan Mohammad Hatta. Sebab, dedikasi Sardjito untuk kemerdekaan bangsa Indonesia tak kalah besar dengan peran Soekarno dan Hatta.

Ironisnya, sama seperti Soekarno dan Hatta, hingga kini Sardjito belum mendapatkan predikat sebagai Pahlawan Nasional. "Sardjito laiknya pahlawan yang terlupakan," sebut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan pembukaan seminar 'Pengusulan Prof Dr Sardjito sebagai Pahlawan Nasional' di Ruang Pertemuan Utama RS Dr Sardjito, Rabu (11/4).

Sepanjang hidupnya, Sardjito tak pernah lepas dari kehidupan civitas academica Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia juga seorang faunding father UGM. Sejarah mencatat, perjalanan Sardjito dalam dunia kedokteran dan pendidikan di Indonesia sangat luar biasa. Selama masa perjuangan kemerdekaan, Sardjito selalu berperan maksimal membantu proses kemerdekaan. Tentunya dengan keahlian sebagai tenaga medis.

"Beliau mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi prajurit. Karirnya sebagai ketua PMI (Palang Merah Indonesia) hingga penemuan 'biskuit  Sardjito' yang menjadi makanan praktis, membuktikan dedikasi dan semangat memberinya sebagai seorang dokter," tutur Sultan.

Sebagai founding father, Sardjito meletakkan dasar-dasar pemikiran dan arahan pendidikan di UGM. Padahal, menjadi Presiden UGM masa itu adalah tugas yang amat berat. Tak ada pemasukan berlimpah dari uang kuliah mahasiswa dan keuntungan penyewaan gedung seperti saat ini.

Hal senada dikatakan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Suandi Hamid. Menurutnya, Sardjito adalah orang yang penuh dedikasi, mengingat Sardjito menjabat sebagai rektor UII saat usianya sudah menginjak 75 tahun. Hebatnya, ia memegang amanah itu selama tujuh tahun (1963–1970).

Walaupun waktu itu di UII belum mempunyai Fakultas Kedokteran, tetapi Sardjito mempunyai tanggungjawab dan kepedulian yang tinggi untuk memeratakan pendidikan.

"Prof Sardjito melakukan pengembangan UII di berbagai wilayah di kota-kota kecil seperti Madiun, Bangli, Klaten, Kediri. Beliau ingin mencetak sarjana-sarjana di wilayah yang masih menengah," sebut dia.

Tak hanya itu, Sultan HB X juga menyebut, Sardjito adalah peletak fondasi kampus kerakyatan. Di biang pendidikan, Sardjito dikenal sebagai peletak fondasi pendidikan kedokteran di fakultas kedokteran. Karena itu, selaku Gubernur DIY maupun pribadi, mendukung pengusulan Sardjito menjadi Pahlawan Nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement