REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Politik, Burhanuddin Muhtadi menganggap dilema dan kegalauan yang dihadapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini akan menentukan partai ini mengalami post Islamisme. Post Islamisme ini menentukan posisi PKS menjadi Partai yang lebih meninggalkan kemasan-kemasan Islam dan lebih memilih citra politik yang dianggap lebih realistis.
"Dilema politik PKS adalah berusaha menggeser ke posisi 'tengah' bukan lagi sebagai 'kanan'," ujar Burhanuddin, dalam
Peluncuran dan Diskusi buku 'Dilema PKS: Suara dan Syariah' di Auditorium TIK Nasional, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa, (10/4).
Saat ini, jelas Burhanuddin, PKS berusaha sebagai partai electoralis dibanding partai ideologis. PKS berusaha menjadi partai terbuka dan meraup sebesar-besarnya simpati pemilih tidak hanya mereka yang ideologis. Namun juga masyarakat umum, bahkan yang non muslim sekalipun.
Sayangnya pilihan PKS saat inilah yang membuat partai ini selalu menghadapi dilema dalam sistem pemerintahan Indonesia, termasuk dalam koalisi. "Apabila kegalauan ini terus terjadi di PKS, maka saya yakin partai ini akan selalu menghadapi dilema dalam sistem pemerintahan dan demokrasi," ujar Burhanuddin.