REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam pelaksanaan pemilukada Aceh. Hal ini, menurut Wakil Ketua Tim DPR Pemantau Pemilukada Aceh, Nasir Djamil, berdasarkan pengamatannya di lapangan, yaitu adanya intimidasi dan provokasi dari para tim sukses (timses).
Karena itu, pihaknya meminta aparat kepolisian dan TNi untuk berani mengambil tindakan tegas terhadap tim sukses yang mengganggu kenyamanan dan kerahasiaan pemilih dalam menentukan pilihannya. "Kondisinya aman. Hanya saja, memang sering terjadi bentrok berupa kekerasan fisik di beberapa titik. Itu yang dikhawatirkan banyak pihak. Tapi kalau soal sabotase, itu tidak terjadi. Aman dan bisa ditangani aparat," ungkapnya, Ahad (8/4).
Selain itu, Nasir juga menyoroti mengenai surat suara. Pasalnya, ia mengaku mendapat informasi kalau ada oknum anggota kepolisian yang ikut menggelembungkan kertas suara. "Jadi, dia ikut membantu membuat kertas suara misalnya yang dibutukan 10 namun jadi 30. Tapi ini informasi yang belum dipastikan kebenarannya," ungkap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal Aceh tersebut.
Ia pun menghimbau penyelenggaran pemilu agar memastikan pendistribusian kertas suara sehingga bisa menjangkau seluruh masyarakat. Pasalnya, di beberapa tempat ada masyarakat yang sudah mendapatkan hak pilih tapi belum memiliki kartu untuk memilih.
Pihaknya meminta, kepolisian yang dibantu TNI pun harus bersikap netral dan tetap menjaga ketenangan dan kenyamanan. "Tidak boleh represif kalau ada tindakan mengganggu ketenangan. Memang di satu sisi kita harus memaklumi kalau ini wilayah bekas perang. Tapi penegakan hukum harus ditegakan. Kalau ada pelanggaran pemilu bersifat pidana, harus segera diproses," pungkas dia.