Sabtu 07 Apr 2012 23:59 WIB

'Harga BBM Bukan Dipatok Perusahaan Minyak Global'

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga mengisi bahan bakar minya (BBM) di SPBU Kuningan, Jakarta.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Warga mengisi bahan bakar minya (BBM) di SPBU Kuningan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Satya W Yudha menyatakan, harga BBM bukan ditentukan oleh perusahaan global yang memonopoli pasaran minyak dunia. "Melainkan karena berbagai faktor yang rumit," tutur Satya saat dihubungi Republika via ponsel, Sabtu (7/4).

Menurut Satya, harga minyak dunia tidak dapat diprediksi berdasarkan faktor permintaan dan penawaran semata, layaknya benda-benda bernilai ekonomis lainnya. Namun, juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, di antaranya adalah geopolitik, bursa dan saham.

Geopolitik ini mengacu pada iklim politik luar negeri yang saat ini dihadapi oleh beberapa negara penghasil minyak terbesar di dunia. Dalam hal ini, Satya mencontohkan Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah. Kondisi tersebut berdampak pada melambungnya harga minyak di pasaran dunia, yang saat ini menembus 121 dolar Amerika per barel.

Karenanya, sambung dia, faktor geopolitik ini sudah mematahkan argumen yang menyebutkan harga minyak dunia ditentukan sepihak oleh perusahaan minyak raksasa. "Jika benar ditentukan oleh mereka, itu artinya hanya bersandar pada demand dan supply. Sementara harga minyak tidak bisa dipatok berdasarkan kedua faktor ini saja," terang Satya.

Beberapa hari terakhir, sejumlah pengguna Blackberry di Tanah Air menerima sebuah pesan berantai yang di-broadcast melalui layanan Blackberry Messenger. Pesan itu menyebutkan, biang keladi kenaikan harga BBM adalah perusahaan minyak global yang memonopoli mayoritas harga minyak dunia.

Sang penulis pesan pun menyarankan agar pada 15 April mendatang masyarakat memboikot perusahaan ini. Yaitu, dengan tidak mengisi BBM mulai pukul 00.00 sampai pukul 24.00. "Dengan tidak terjualnya produk mereka satu hari saja, perusahaan minyak ini akan mengalami kerugian Rp 3 triliun," demikian salah satu isi pesan viral tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement