Rabu 04 Apr 2012 16:48 WIB

Harvester Tingkatkan Hasil Produksi Pertanian

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Hazliansyah
Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.
Foto: Antara/Arief Priyono
Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan hasil produksi pertanian khususnya beras, dapat lebih cepat dengan menggunakan teknologi alat panen modern. Untuk itu, Komisi VI DPR RI menyalurkan teknologi alat panen tersebut ke seluruh wilayah Indonesia.

"Penggunaan teknologi alat panen modern dapat membuat surplus target hasil produksi 10 juta ton pada 2014 mendatang," ujar Kepala komisi VI DPR RI Romahurmuzy dalam acara panen raya padi hibrida SL8-SHS, Rabu (4/3).

Sebanyak 1000 unit alat Harvester (alat panen terpadu) telah didistribusi ke seluruh sentra pertanian di wilayah Indonesia. "Pendistribusian alat panen terpadu ini telah menghabiskan anggaran senilai 400 Milyar," tambah Romahurmuzy.

Romahurmuzy juga mengatakan, pendistribusian teknologi alat panen terpadu mempunyai banyak tujuan, diantaranya untuk menekan losis dan mengirit tenaga kerja,"Tujuan diantaranya, losis rendah, biaya rendah," katanya lagi. Penggunaan teknologi alat panen dapat menekan losis sekitar 10 hingga 13 persen, sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan tingkat kesejahteraan petani.

Selain itu, pemerintah juga mendistribusikan alat pasca panen untuk meningkatkan hasil produktivitas pertanian. Namun, mayoritas petani Indonesia masih belum menggunakan alat panen terpadu atau yang biasa disebut traktor ini.

Hal ini terbukti dari jumlah penjualan traktor di wilayah Indonesia yang hanya menyentuh 60 ribu unit. Sedangkan, pemerintah khususnya Dirjen Kementerian Pertanian telah mendistribusikan 1000 sampai 2000 traktor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan Thailand yang hampir semua produksi pertaniannya menggunakan traktor, sehingga tidak heran jika hasil produksi beras Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand.

"Produksi kita hanya 1/5nya Thailand," ungkap Komisi VI DPR RI tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement