REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan negara penghasil udang terbesar keempat setelah Cina, Thailand, dan Vietnam. Namun akhir-akhir ini produksinya merosot tajam, karena terjangkit virus Infectirus Myonecrosis Virus (IMNV) yang mematikan udang.
Masalah ini disampaikan pemenang Anugerah L'Oreal-Unesco FWIS Internasional 2012 Indonesia, Sidrotun Naim, di Jakarta, Selasa (3/4). Dikatakannya, virus IMNV di Indonesia ditemukan pada 2006. Virus ini mampu membunuh hingga 70 persen populasi udang.
"Virus yang menimbulkan penyakit pada udang, saat ini, sulit sekali diatasi, sehingga hal inilah yang menarik diteliti," katanya. Sidrotun Naim merupakan salah satu dari 15 perempuan peneliti di bidang molecular biology yang meraih anugerah L'oreal-UNESCO for Women in Science (FWIS) Internasional 2012.
Menurut Sidrotun, penelitiannya akan dilakukan di Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat (AS) yang merupakan pusat penelitian penyakit udang. Melalui teknik biologi molekuler, dipelajari struktur dan fungsi genetis virus IMNV tersebut, bagaimana virus tersebut menyerang daya tahan tubuh udang, dan pola penyebarannya terkait faktor eksternal seperti suhu air.
Ia mengatakan, udang menjadi salah satu komoditi ekspor terbesar bagi Indonesia dengan nilai pasar sebesar 1,58 miliar dolar AS pada 2010 atau sekitar 63 persen dari total ekspor perikanan Indonesia yang mencapai 2,47 miliar dolar. Namun, dengan munculnya virus IMNV itu, maka 65 ribu petambak udang terus mengalami kerugian akibat matinya udang di tambak mereka.
Menurut dia, pada 2006 hingga 2010 jumlah kerugian akibat serangan virus IMNV mencapai 150 juta dolar hingga 200 juta dolar AS. Bahkan bila dihitung dengan peningkatan produksi, virus ini membuat Indonesia merugi mencapai 500 juta dolar AS.