Selasa 03 Apr 2012 15:33 WIB

Petani Tetap Merugi Walau BBM tak Naik

Rep: M Akbar/ Red: Dewi Mardiani
Petani sedang bekerja di sawahnya
Foto: Antara
Petani sedang bekerja di sawahnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani ternyata tetap mengalami kerugian, walau pun BBM tak dinaikkan. Menurut Serikat Petani Indonesia (SPI), petani padi telah mengalami penurunan keuntungan hingga 18 persen. Berkurangnya keuntungan itu terjadi karena input produksi seperti biaya traktor, benih, pupuk, pestisida hingga ongkos sewa lahan sudah terlanjur naik.

Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 25 petani padi anggota SPI di wilayah Cirebon memperlihatkan penurunan keuntungan itu mencapai Rp 5,7 juta untuk produksi padi dihamparan 1 hektare dalam satu musim tanam. "Dari hasil simulasi rencana kenaikan BBM itu, selisih keuntungan yang bisa didapat petani sebelum rencana menaikkan BBM itu sebesar Rp 6,96 juta. Sedangkan hasil simulasi kenaikan BBM, jumlahnya menyusut tinggal Rp 5,734 juta," kata Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional SPI, Achmad Ya'kub, di Jakarta, Selasa (3/4).

Ya'kub menjelaskan, komponen biaya traktor dan pestisida menjadi dua input produksi dengan kenaikan paling besar, yakni 30 persen.  Sedangkan untuk input produksi seperti benih, pupuk dan sewa lahan masing-masin mengalami kenaikan 10 persen. "Situasi ini tetap terjadi pada saat ini. Salah satunya adalah Urea yang sudah naik dari Rp 1.600 menjadi Rp 1.800."

Terkait dengan semakin tertekannya kondisi petani, Ketua Umum SPI, Henry Siregar, berniat mengajukan uji materil terhadap hasil rapat paripurna DPR yang memutuskan soal BBM. Materi hukum yang akan diajukan ke Mahkamah Konstitusi itu adalah pasal 7 ayat 6A tentang perubahan UU Nomor 22 Tahun 2011 serta pasal 9 dan 10 Undang Undang (UU) Migas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement