Selasa 03 Apr 2012 11:55 WIB

Indonesia Krisis Energi, Inilah Solusinya

Energi Alternatif (ilustrasi)
Foto: electricenergysaving.com
Energi Alternatif (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  PEKANBARU -- Pemerhati dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri menyatakan energi fosil atau bahan bakar minyak di Tanah Air sudah semakin krisis dan harus ada pengalihan sumber energi, salah satunya pemanfaatan hidrologi atau air.

"Sebaiknya juga, mulai sejak dini masyarakat melalui asupan pemerintah segera meninggalkan kendaraan bermotor yang masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) atau hasil fosil yang terancam punah. Mulai beralih lah ke kendaraan yang memanfaatkan sumber daya alam salah satunya hidrologi," kata Amri di Pekanbaru, Selasa.

Penggunaan kendaraan bermotor non BBM, menurut dia, juga akan memberikan dampak positif signifikan terhadap keberlangsungan alam semesta, bahkan mampu meminimalisir polusi udara yang saat ini semakin mengkhawatirkan.

Untuk mendapatkan kendaraan bermotor non BBM itu, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi melihat potensi alam di sekitar. "Arti kata, sumber daya alam yang terbarukan itu yang harus dilirik mulai dari sekarang. Sementara yang tidak terbarukan harus segera dicarikan solusinya karena bisa menjadi ancaman," katanya.

Bahkan menurut Amri, pada 2050 banyak pakar memprediksikan fosil di dasar bumi akan mulai memasuki periode kepunahan, sehingga memaksa manusia di mana pun berada, untuk mengalihkan pembakaran berbagai kendaraan dan industrinya dengan memanfaatkan gas atau batu bara.

"Jangan salah, gas dan batu bara ini juga bakal habis," katanya. Untuk itu, kata pemerhati, hal-hal seperti ini harus diantisipasi atau diarahkan kepada energi hidrologi, atau bahkan energi angin dan energi matahari. "Harus diarahkan ke tiga sumber energi ini," katanya.

Untuk diketahui, demikian Amri, energi hidrologi di Tanah Air saat ini masih sangat berlimpah, mulai dari kawasan laut yang terbentang luas hingga bentangan sungai yang menyerupai ular.

Pembentukan energi hidrologi ini juga bisa dicapai dengan meneliti atau memanfaatkan gelombang laut yang selama ini justru masih memberikan dampak negatif terhadap para nelayan dan aktivitas pelayaran.

"Hal serupa juga bisa dilakukan terhadap energi matahari dan angin yang bisa dijadikan sebagai energi listrik berkepanjangan," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement