Senin 02 Apr 2012 23:12 WIB

Kenaikan Ditunda, Konsumsi BBM Diprediksi Membengkak

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) Pertamax pada sebuah angkutan Bajaj di sebuah stasiun pengisian BBM umum (SPBU) di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) Pertamax pada sebuah angkutan Bajaj di sebuah stasiun pengisian BBM umum (SPBU) di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ditundanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dikhawatirkan dapat menyebabkan pembengkakan subsidi. Konsumsi BBM dipastikan akan melebihi 40 juta kiloliter akibat adanya migrasi pemakai pertamax ke premium.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, bila harga tidak dinaikkan, maka volume konsumsi BBM dipastikan bisa meningkat tajam. Tak lain karena kondisi ini memacu penggunaan BBM secara ilegal.

"Saat ini, harga minyak Indonesia masih lebih murah dari negara Asia lainnya seperi Vietnam ataupun Filipina. Sehingga hal ini ditakutkan akan menyebabkan penyelundupan ke luar negeri dan penimbunan BBM di dalam negeri. "Dengan demikian volume BBM akan terpakai banyak," katanya, Senin (2/4).

Ditambah lagi meningkatnya jumlah masyarakat yang migrasi dari memakai pertamax ke premium. "Karena saat ini selisih harga keduanya sangat besar. Ini mengkhawatirkan," lanjutnya.

Dengan demikian, dapat dipastikan konsumsinya akan meningkat tajam. Belum lagi, tingginya pemakaian BBM untuk menggerakkan pembangkit listrik. Hal ini menurut Agus harus dikendalikan. Pemerintah bersama pemerintah daerah bekerjasama agar hal semacam itu tidak terjadi. "Dan kita betul-betul tegakkan hukum," tegasnya.

Selain itu, pemerintah akan meningkatkan percepatan izin eksplorasi energi alternatif. Sehingga masyarakat memiliki pilihan untuk mengonsumsi energi yang lainnya. Upaya ini akan terus dilakukan. Bila tidak berhasil, maka pemerintah akan mengambil langkah terakhir yaitu menaikkan harga BBM. "Ini opsi terakhir yang akan kita lakukan," pungkas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement