REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menduga akan ada migrasi besar-besaran dari konsumsi bensin non subsidi (pertamaks) kepada bensin bersubsidi (premium). Pasalnya, Ketua YLKI, Suryadatmo mengungkapkan, kerenggangan harga meninggi pasca kenaikan pertamaks senilai Rp 10.200.
"Dulu pertamaks naik, orang migrasi. Apalagi tidak ada aturan kalau premium hanya boleh diisi oleh orang yang layak disubsidi,"ungkap Suryadatmo saat dihubungi, Senin (2/4).
Umumnya, karakter konsumen bensin Indonesia sangat sensitif dengan harga. Sehingga, tutur Suryadatmo, warga akan beralih meski memiliki kendaraan mewah yang sebenarnya lebih cocok dengan pertamaks.
Menurutnya, hal tersebut terjadi akibat tidak adanya keberanian pemerintah untuk mengatur pelarangan penggunaan premium oleh kendaraan beroktan tinggi. Dampaknya, tutur Suryadatmo, penggunaan premium menjadi salah sasaran. Pasalnya, warga dengan kemampuan finansial tinggi yang mampu membeli kendaraan mewah turut menikmati subsidi premium.
Padahal, tutur Suryadatmo, rata-rata kendaraan keluaran baru yang beredar di masyarakat saat ini merupakan kendaraan bermesin euro three. Kendaraan tersebut, ungkapnya, harus menggunakan pertamaks agar mengalami kinerja maksimal.