Ahad 01 Apr 2012 16:19 WIB

Polemik BBM Kacaukan Perhitungan Biaya Produksi

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Buah dan sayur hasil produksi agrobisnis/ilustrasi
Buah dan sayur hasil produksi agrobisnis/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -– Harga BBM tak jadi naik 1 April, namun harga barang tidak serta merta turun begitu saja. Kalangan pengusaha mengeluhkan ketidakpastian usaha akibat isu kenaikan BBM yang maju mundur. Wakil ketua umum kadin bidang perdagangan, distribusi dan logistik, Natsir Mansyur, mengungkapkan keadaan ini membuat hitung-hitungan biaya produksi dan distribusi menjadi tidak pasti.

Menurut dia, sejak pemerintah gencar membicarakan RABPN-P, harga barang dari suplayer sudah mulai naik. “Kita perlu kepastian naik apa nggak. Apalagi kalau digantung selama enam bulan,” ujarnya saat dihubungi, Ahad (1/4). Menurut Natsir, harga barang yang sudah naik tidak bisa turun dengan mudah.

Menurut dia, ketidakpastian situasi membuat produsen lokal enggan melakukan produksi dalam jumlah banyak. Jika pemerintah tak kunjung memberikan kepastian, ia khawatir Indonesia akan dibanjiri produk impor. "Produsen kita nggak mau produksi banyak, produk impor lebih murah," ujarnya.

Berdasarkan rapat paripurna di DPR, pemerintah urung menaikkan BBM bersubsidi yang rencananya akan dilakukan 1 April. DPR minta kenaikan BBM ditunda hingga enam bulan mendatang.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement