Ahad 01 Apr 2012 04:07 WIB

Kejar Target, Bulog Indramayu Jemput Bola

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.
Foto: Antara/Arief Priyono
Stok beras miskin (raskin) di salah satu gudang BUlog.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bulog Sub Divre Indramayu terus berupaya melakukan penyerapan beras sesuai target prognosa 2012. Selain menunggu pasokan dari para mitra, Bulog pun melakukan sistem jemput bola agar target yang telah ditetapkan segera terpenuhi.

‘’Kami secara intensif turun ke lapangan untuk jemput bola,’’ ujar Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Sudarsono, kepada Republika, Sabtu (31/3).

Sudarsono mengatakan, jemput bola dilakukan oleh petugas satgas maupun unit pengolahan gabah beras (UPGB) Bulog. Selain ke tempat-tempat penggilingan beras, jemput bola juga dilakukan ke kelompok-kelompok tani. Menurut Sudarsono, dengan sistem jemput bola, maka penyerapan beras diharapkan akan lebih optimal. Dengan demikian, target sepanjang 2012 dapat terpenuhi.

Sudarsono menyebutkan, target prognosa Bulog Sub Divre Indramayu pada 2012 sekitar 130.000 ton setara beras. Dari jumlah tersebut, realisasi penyerapan sepanjang Maret 2012 baru sebanyak 13.500 ton setara beras. Meski belum optimal, namun Sudarsono menyatakan bahwa realisasi itu sudah cukup bagus. Pasalnya, jika dibandingkan dengan Maret 2011, realisasi penyerapan kala itu hanya 7.000 ton setara beras.

‘’Untuk penyerapan beras, salah satu kendalanya sekarang ini adalah faktor cuaca,’’ kata Sudarsono.

Sudarsono menjelaskan, pada Maret 2012, hujan masih sering turun. Akibatnya, gabah yang dihasilkan petani memiliki kandungan air yang tinggi dan berkualitas kurang baik. Padahal, tidak semua pabrik penggilingan beras memiliki mesin pengering (dryer). ‘’Waktu yang dibutuhkan petani untuk menjemur gabahnya menjadi lebih lama,’’ tutur Sudarsono.

Selain itu, tambah Sudarsono, kendala lain yang dihadapi yakni belum semua daerah mengalami panen. Sepanjang Maret 2012, panen di wilayah Kabupaten Indramayu baru sekitar 30 persen.

Akibat belum meratanya panen, terang Sudarsono, harga gabah saat ini juga masih tinggi. Dia menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani masih ada yang mencapai Rp 3.700 per kg – Rp 3.800 per kg.

Padahal, berdasarkan Inpres No 3 Tahun 2012, harga pembelian pemerintah (HPP) GKP mencapai Rp 3.300 per kg di tingkat petani dan Rp 3.350 per kg di tingkat penggilingan. Karenanya, banyak petani yang memilih menjual gabahnya kepada tengkulak.

‘’Pada April dan Mei nanti, kami berharap penyerapan akan lebih maksimal,’’ tegas Sudarsono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement