REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Walau Sabtu (31/3) adalah hari libur, para mahasiswa Yogyakarta tak hendak menghentikan aski mereka menolak rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
Di hari libur ini, setidaknya Yogyakarta diwarnai tiga gelombang demo menolak rencana kenaikan harga BBM, yang digerar oleh para aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Selain dua kelompok tersebut, para aktivis organisasi ektrakampus yang tergabung dalam 'Kelompok Cipayung' juga turun ke jalanan.
Kelompok Cipayung merupakan gabungan dari organisasi mahasiswa yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Demo berlangsung damai dengan pengawasan puluhan polisi dari Polresta Yogya dan Polda DI Yogya.
Koordinator aksi Kelompok Cipayung, Oki, mengatakan persoalan naiknya harga BBM tak terlepas dari persoalan banyaknya perusahaan asing yang menguasai sumber daya migas dan tambang negara ini. Selama perusahaan itu diberi kebebasan dan tidak dinasionaliasi, maka persoalan BBM tak akan pernah selesai.
"Selama perusahaan-perusahaan itu masih dikuasai asing, maka pemerintahan kita akan tunduk pada kapitalis-kapitalis yang bermarkas di New York, Amerika," kata Ori.
Menurut dia, selama ini pemerintah SBY terkesan selalu tunduk atas perintah dari kaum kapitalis dan neoliberal asing, yang ingin menghujamkan kekuasaan ekonominya di Indonesia. Kata dia, tak ada cara lain untuk keluar dari persoalan ini, kecuali negara harus menasionalisasi seluruh aset-aset asing, dan mengurus sendiri kekayaan alamnya.