REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Empat demonstran yang menentang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak di Palu hingga Kamis malam masih dirawat intensif di sejumlah rumah sakit karena menderita luka dan patah tulang.
Dua di antara korban adalah perempuan, yakni Alawiyah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, dan Elvira dirawat di Rumah Sakit Undata Palu. Keduanya mengalami patah tulang dan luka di bagian kepala.
Sementara dua korban lainnya adalah Hafid mengalami patah kaki dan lebam-lebam di wajah karena diduga dipukul polisi. Hafid yang merupakan mahasiswa Universitas Alkhairaat tersebut dirawat di Rumah Sakit Sis Aljufri.
Seorang korban lainnya adalah Ihwan yang dirawat di rumah sakit Bala Keselamatan Palu. Salah seorang tokoh pedemo Mohammad Taufan, Kamis malam mengatakan bahwa korban luka tersebut akibat dipukul oknum polisi saat menangani unjuk rasa yang melibatkan ribuan massa tersebut.
Taufan menilai penanganan keamanan unjuk rasa tersebut sudah di luar batas kewajaran karena memukul pengujuk rasa (pedemo) sampai luka.
Tidak sedikit di antara pengunjuk rasa mengalami luka di bagian wajah karena dipukul. Bentrok aparat kepolisian dengan pengunjuk rasa di Palu terjadi pada Kamis siang saat pengunjuk rasa ingin menduduki gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.
Saat pengunjuk rasa sedang berhadap-hadapan dengan polisi tiba-tiba lemparan benda tajam mendarat ke arah polisi sehingga bentrokan pun tidak terhindarkan.
Tidak saja pengunjuk rasa luka, sejumlah polisi terkena lemparan batu. Menurut Taufan, saat mahasiswa merencanakan unjuk rasa tidak pernah direncanakan adanya bentrokan. Bahkan, kata Taufan, sudah diingatkan kepada mahasiswa agar tidak membawa barang-barang tajam, termasuk gunting.
Mahasiswa lainnya dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Irhan mengatakan bahwa rencana pendudukan gedung DPRD juga tidak masuk dalam agenda unjuk rasa.
Hingga Kamis malam situasi di Palu relatif aman. Puluhan mahasiswa yang sebelumnya berkumpul di kampus lama Universitas Tadulako Jalan Setia Budi Palu sudah membubarkan diri setelah menggelar rapat rencana unjuk rasa susulan menolak kenaikan bahan bakar minyak.
Seratus lebih mahasiswa yang ditangkap saat unjuk rasa berlangsung telah dibebaskan setelah diproses di Polda Sulawesi Tengah dan Polres Palu. Akibat unjuk rasa tersebut sejumlah pos polisi dirusak massa, antara lain di perempatan Jalan Sam Ratulangi dan Sudirman dan Jalan Juanda