REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gedung Sate, Bandung, kemarin dikepung oleh ratusan massa yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Tapi, Gedung Sate --DPRD Provinsi Jawa Barat-- pada Rabu (28/3) ini didatangi oleh massa pendukung kenaikan harga BBM.
Ratusan massa yang berasal dari Angkatan Muda Indonesia Bersatu (AMIB) itu memulai aksinya pada pukul 09.00 WIB. Selain AMIB, masyarakat pun ikut dalam aksi tersebut. Di antaranya tukang becak, ibu rumah tangga, pemulung, dan anak muda.
Di samping berorasi, pendemo pun mengusung spanduk dan poster berisi pesan setuju kenaikan harga BBM. Namun, ratusan pendemo tersebut terlihat tak terlalu kompak. Saat salah seorang orator berteriak 'Setuju kenaikan BBM?' Peserta aksi malah menjawab,'Tidak!'.
Beberapa pendemo juga mengaku dibayar. Y (50 tahun), salah satu pendemo yang sehari-hari menjadi tukang becak, mengaku diberi uang Rp 50 ribu untuk demo setuju kenaikan harga BBM tersebut. "Muhun (benar), dapat Rp 50 ribu," ujar Y yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Y mengaku setuju harga BBM naik karena dia tak memerlukan bensin untuk menarik becaknya. Jadi, dia mengaku tak terbebani dengan adanya kenaikan BBM tersebut.
Sementara, NN (40 tahun) mengaku diberi uang Rp 100 ribu oleh panitia. Uang itu untuk makan pendemo. NN mengaku tak terlalu pusing dengan dampak kenaikan BBM tersebut.
Namun salah seorang pendemo ibu rumah tangga, Tika (22 tahun), membantah demo tersebut dibayar. Ia mengaku ikut demo karena setuju BBM dinaikkan. "Saya ngga dibayar. Saya setuju BBM naik. Soalnya kalau ngga naik sekarang, BBM nantinya pasti naik," imbuh Tika.