REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aksi buruh menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM), Rabu (28/3), diwarnai keributan antara personel Pengendali Massa (Dalmas) dan wartawan. Anggota Dalmas Polres Cimahi menghalangi kerja kameramen Sunda TV, Ahmad Fadilah, dan kameramen Indosiar, Muhammad Abbas.
Keributan terjadi ketika kedua kameramen mencoba meliput insiden adu mulut antara anggota kepolisian dengan pengunjuk rasa yang tengah berkonvoi menuju Kantor DPRD Kabupaten Bandung Barat. Dua anggota Dalmas langsung menepuk tangan Fadilah yang tengah mengambil gambar insiden adu mulut tersebut. Kejadian tersebut terjadi di Jalan Raya Padalarang.
"Seorang polisi menepuk tangan saya. Kamera hampir jatuh. Ketika saya mau mengikutinya, dia malah lari dan saya dihalangi anggota polisi lainnya," kata Fadilah.
Abbas yang tengah mengambil adegan yang sama pun ditarik oleh dua anggota Dalmas. Bahkan, kameranya hampir direbut oleh anggota Dalmas tersebut. Ketika hendak mengejarnya, Abbas pun dihalangi anggota Dalmas lainnya.
"Kamera saya hampir rusak dan saya ditarik-tarik supaya tidak mengambil gambar itu. Lensa kamera juga dihalangi tangannya," kata Abbas.
Sementara Kabag Humas Polres Cimahi, Muncar Sudiono, mengaku tidak mengetahui keributan tersebut. "Saya di pengamanan objek (Gedung DPRD, red), belum ada laporan," terang Muncar saat dihubungi melalui telepon.
Ditanya apakah ada bentuk sanksi terhadap personelnya yang menghalangi kerja wartawan yang melaksanakan peliputan, Muncar mengatakan,"Itu (sanksi) tergantung di atasan."