Selasa 27 Mar 2012 16:44 WIB

Demo BBM Ricuh, Seorang Polisi Curhat ke Wartawan

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Didi Purwadi
Kericuhan pecah saat massa menggelar aksi demonstrasi menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Kericuhan pecah saat massa menggelar aksi demonstrasi menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi seorang petugas polisi tidak selamanya bisa "bergagah-gagahan" dengan seragamnya. Tidak jarang, para polisi itu harus menahan keluhan hatinya saat menunaikan tugas menjaga keamanan di masyarakat. Terutama, saat para polisi itu berhadap-hadapan secara fisik dengan warga masyarakat dalam sebuah demonstrasi.

Hari ini, Selasa (27/3), sejumlah aksi unjuk rasa menentang rencana pemerintah menaikkan harga BBM berlangsung ricuh. Seorang polisi pun membuat sebuah tulisan dan mengirimkan tulisannya ke beberapa wartawan, termasuk Republika, terkait aksi unjuk rasa yang mengarah ke kerusuhan tersebut.

Berikut "isi hati" polisi tersebut menanggapi aksi unjuk rasa yang cenderung anarkis:

Kalau kami boleh demo, kami lebih depan dari Anda hai mahasiswa.

Kalau kami boleh bicara, kami bicara lebih lantang dari Anda wahai mahasiswa.

Andai kalian tidak anarkis, kami tidak akan berdiri tegap, namun berangkulan dengan Anda wahai mahasiswa.

Apakah kalian tidak paham bahwa kami juga merasakan pahitnya jika harga melambung tinggi.

Kalian pikir keluarga kami makan peluru.

STOP DEMO ANARKHIS, dukung kami menjaga aspirasi damai tanpa kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement