REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Kenaikan harga bahan pokok (sembako) di sejumlah pasar di Kabupaten Bandung pada H-5 kenaikan BBM 1 April 2012, telah mencapai angka 30 persen.
Tak ayal, kondisi demikian menjadi kekhawatiran para pedagang maupun pembeli. Tak hanya soal kenaikan harga, bahkan sejumlah pedagang mengaku mulai kehilangan pembeli.
"Dari bandarnya juga sudah mulai naik barang-barang. Parahnya lagi, pembeli sekarang sudah mulai sepi," keluh Abidin (40), salah seorang pedagang di pasar Soreang, Senin (26/3).
Menurut Abidin, isu kenaikan harga BBM membuat sejumlah barang tertentu menjadi hilang dari peredaran. Bahkan, kelangkaan barang membuat harga barang tersebut ikut mengalami kenaikan. "Sulit bagi pedagang itu sendiri menjual kepada para pembeli," tambahnya.
Ujang (30), pedagang di pasar setrempat juga mengaku di kios sayurnya kini mulai sepi pembeli, Ujang pun merinci bila omset penjualannya turun hingga 70 persen. Meskipun ada pembeli yang datang ke kiosnya, barang yang diinginkan konsumen juga dikurangi. "Yang biasanya beli satu kilogram, sekarang jadi seperempat kilogram saja," tuturnya.
Dia mengharapkan pemerintah daerah mampu memberikan bantuan terhadap kondisi sejumlah pedagang di pasar setempat dengan kondisi demikian. Ujang juga sebenarnya berharap harga BBM tidak dinaikkan oleh pemerintah pusat. "Untuk kita yang sehari-hari seperti ini, sepertinya akan semakin sulit," ujarnya.
Kabar kenaikan harga bahan pokok tersebut juga sudah tercium oleh Ketua komisi B DPRD Kabupaten Bandung, Saeful Bahri. Ia meminta pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Koperasi Industrian dan Perdagangan (Diskoperindag), segera proaktif dengan kondisi penurunan daya beli tersebut. "Untuk meredam kekhawatiran warga, baik pembeli maupun pedagang," tegasnya.
Menurut Saeful, langkah segera yang harus diambil pemerintah ialah melakukan inspeksi di lapangan, menindak segala praktik penimbunan, serta bekerjasama dengan pihak kepolisian melakukan piket di sejumlah pasar, untuk menghindari gejolak yangg tidak diharapkan.