REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Aksi unjuk rasa yang menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Selasa (27/3) mendatang. Mabes Polri menegaskan dalam penanganan unjuk rasa tersebut, tidak akan menggunakan sniper atau penembak jitu.
"Tidak ada, kami tetap upayakan untuk menggunakan upaya persuasif," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Polisi Saud Usman Nasution dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (26/3).
Saud menambahkan dalam menghadapi aksi unjuk rasa akan dikedepankan upaya-upaya persuasif dengan tidak menggunakan senjata, termasuk untuk menurunkan sniper. Menurut dia situasi unjuk rasa masih dapat ditangani Polri yang menurunkan sebanyak 22 ribu personel dan ditambah 8 ribu dari pasukan TNI.
Selain itu, polisi wanita (polwan) dari Polda Metro Jaya juga akan diturunkan untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Jika kekuatan massa tetap tidak dapat dikendalikan, maka Mabes Polri akan menurunkan personelnya.
"Kita prioritaskan dengan tangan kosong dan kita pasang polwan. Nanti bilamana kekuatan kurang, akan minta bantuan dari Mabes Polri, yang penting unjuk rasa berjalan lancar," jelasnya.